20. Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu
kepada kita, melainkan di dalamnya ada manfaat untuk kita di dunia dan akhirat.
Tidak pula Allah melarang sesuatu, melainkan di dalamnya ada mudarat bagi kita,
di dunia dan akhirat. (Abdul Karim Muhammad Nashr, Shalat Penuh Makna)
19. Imam Abu Hanifah:” Jika aku mengatakan perkataan yang menyelisihi Al-Qur’an dan hadis maka tinggalkan pendapatku”. (Sifat Shalat Nabi SAW, Muhammad Nashiruddin Al-Albani)
18. Imam Malik Bin Anas r.a:”
Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, yang bisa salah dan bisa benar; maka
lihatlah pendapatku, semua pendapatku yang sesuai Al-Quran dan as-Sunnah
ambillah dan tinggalkanlah segala pendapatku yang tidak sesuai dengan Al-Quran
dan as-Sunnah. (Sifat Shalat Nabi SAW, Muhammad Nashiruddin Al-Albani)
17. Berpegang teguh pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah akan menjaga dan mencegah anda dari sesuatu yang
dilarang, serta melindungi anda dari semua yang dapat membahayakan kebaikan urusan
agama maupun akhirat anda. Pusat kisaran
kebahagiaan dunia dan akhirat ialah berpegang pada tali Allah. (Madarij
As-Salikin, Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziah. Dikutip dari buku “Berbagai
Penyimpangan Dalam Rumah Kita, Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif)
16. Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya agar menaati Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menjadikan ketaatan tersebut sebagai ketaatan
kepada-Nya. Allah menjelaskan bahwa sunnah Nabi adalah wahyu dari sisi-Nya yang
harus dipegang teguh dan diamalkan dengan pebuh semangat. (Berbagai
Penyimpangan Dalam Rumah Kita, Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif)
15. Imam Asy-Syafi’I
Rahimahullah mengatakan:” Adalah kewajiban kaum ayah dan kaum ibu untuk
mendidik putra-putri mereka, mengajari merka bersuci dan shalat, dan memukul
mereka karena meninggalkannya ketika mereka sudah baligh, yaitu yang lelaki
sudah pernah mengalami mimpi basah dan yang wanita sudah mengalami haid, atau
sudah menginjak usia genab lima belas tahun maka wajib melakukannya. ( Syaikh Isham
bin Muhammad Asy-Syarif, Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita-Mukhalafat fi
Buyutina)
14. Mendirikan shalat berarti memelihara
pelaksanaannya dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan, membaguskan wudhu,
menyempurnakan berdiri, ruku, I’tidal, sujud, bacaan al-Quran, tasyahud dan
shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. (Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir jilid I, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
13. Asal makna shalat adalah
“berdoa’. Kemudian istilah itu digunakan dalam syara’ sebagai ibadah yang
memiliki gerakan ruku, sujud dan perbuatan tertentu lainnya, dilakukan dalam
waktu tertentu, dengan syarat-syarat yang sudah dimaklumi , dan sifat serta
jenis shalat yang sudah masyhur dan
diwajibkan oleh Allah kepada
hamba-hamba-Nya sebanyak lima kali dalam
sehari semalam. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. (Ringkasan tafsir Ibnu
Katsir, Jilid I, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
12. Tidak ada makanan dan
gizi bagi hati dan jiwa selain mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal
keagungan, ketinggian dan kebesaran-Nya. Sehingga tingkatan dalam ma’rifah
adalah; takut kepada Allah, mengagungkan-Nya, meninggikan-Nya, mendekat
pada-Nya, cinta kepada-Nya, rindu untuk berjumpa dengan-Nya, dan ridha dengan
ketentuan-Nya”. (Kumpulan risalah Ibnu Rajab II/467). (DR. Majdi Al-Hilali, Mencintai &
Dicintai Allah)
11. Islam telah mengakui
kedudukan keluarga yang sangat agung. Hal itu tampak jelas dari perhatian
Al-Qur’an terhadap urusan-urusan keluarga, baik dalam masalah perjodohan,
persusuan, perceraian dan warisan. Generasi umat manusia yang datang silih
berganti sanggup menanamkan nilai-nilai makna Islami yang sangat mendalam pada
keluarga ditengah-tengah masyarakat kita. Musuh-musuh kita – yang selalu
berusaha menghancurkan umat Islam – merasakan betapa kokoh benteng yang bernama keluarga ini. (Syaikh Isham bin
Muhammad Asy-Syarif, Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita)
10. Kalau seseorang sudah
memandang baik kebathilan, dengan sendirinya dia akan terdorong mengerahkan
segala kemampuan serta jerih payahnya untuk mewujudkan sesuatu yang dia pandang
benar, kendatipun hal itu justru akan mebuatnya celaka. (Syaikh Isham bin
Muhammad Asy-Syarif, Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita)
9. Ibnu Mas’ud berkata:”
Al-Qur’an diturunkan kepada kalian untuk kalian amalkan. Karena itu,
pelajarilah Al-Qur’an untuk kalian amalkan. Sungguh, ada diantara kalian yang
membaca Al-Qur’an dari surat Al-Fatihah sampai surat yang terakhir, tidak ada
satu hurufpun yang terlewatkan, akan tetapi pengamalannya terlewatkan”. (Shalat
Penuh Makna, Abdul Karim Muhammad Nashr)
8. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali
mengutip ucapan Al-Fudhail bin Iyadh: “Sesungguhnya amal yang tulus tapi tidak
benar, itu tidak diterima; dan amal yang benar tapi tidak tulus , juga tidak
diterima. Jadi, supaya diterima, amal harus tulus dan benar. Amal yang tulus
ialah yang dilakukan untuk Allah Ta’ala; dan amal yang benar ialah yang
dilakukan berdasarkan As-Sunnah. (Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif,
Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita)
7. Luqman Hakim berpesan
kepada anaknya, katanya :” Wahai anakku, tuntutlah rezki yang halal supaya kamu
tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa
kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah
akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya
(kepribadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah
orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.(Uswah,
Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jabar)
6. Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah
mengatakan:” Pusat kisaran kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan berpegang
teguh pada Allah dan juga pada tali-Nya. Tidak ada keselamatan sama sekali,
kecuali bagi orang yang berpegang teguh pada keduanya. (Berbagai Penyimpangan
Dalam Rumah Kita, Syaikh Isham bin Muhammad Asy-Syarif)
5. Takdir yang menyakitkan dan musibah yang
melanda, tak lain hanyalah ‘alat’ yang digunakan Allah untuk mengingatkan para
hamba-Nya akan hakikat keberadaan mereka di dunia, bahwa dunia bukanlah tempat
tinggal mereka. Dunia adalah negeri ujian. Mereka harus segera kembali
kepada-Nya sebelum hilangnya kesempatan. (DR. Majdi Al-Hilali, Mencintai &
Dicintai Allah)
4. Sesungguhnya dalam
melaksanakan ketaatan itu terdapat kebahagiaan yang hakiki, kesenangan dan
perasaan yang enak, serta kenikmatan yang diperoleh sang pecinta dalam
bermunajat, berdzikir dan berkhalwat dengan Robbnya. Inilah yang disebut
sebagai “surga dunia”. Inilah yang sulit untuk kita masuki kecuali dari pintu
cinta. (DR. Majdi Al-Hilali, Mencintai & Dicintai Allah)
3. Suatu hari putra Imam
Ahmad Rahimahullah Abdullah bertanya kepada ayahandanya:” Kapan kita
bersenang-senang wahai ayah? Imam Ahmad menjawab:” Ketika kita meletakkan kedua
telapak kaki kita di Surga”. ( 29 Sebab Tertutupnya Pintu Hidayah, Shalih bin
Muqbil Al-Ushaimi)
2. Didalam keluarga, kedua
orang tua memiliki peranan yang sangat besar dan vital. Jika tidak becus
mengurus keluarga, berarti mereka telah berbuat aniaya terhadap anak-anak,
masyarakat dan diri mereka sendiri. Dan perhitungan mereka dihadapan Allah
kelak pasti akan sangat besar kalau sampai mereka tidak segera bertaubat dan
menanggulangi bahaya yang sangat mengerikan tersebut. (Syaikh Isham bin
Muhammad Asy-Syarif, Berbagai Penyimpangan Dalam Rumah Kita).
1. Ketahuilah, bahwa ibadah
seorang hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul
seluruhnya dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan
sempurna kecuali dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama
mengatakannya sebagai ‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah cinta, takut dan
harap. (DR. Majdi Al-Hilali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar