Kekuasaan, merasa diri lebih mulia dan enggan meninggalkan
ajaran nenek moyang merupakah hal yang dapat menjadi penghalang bagi manusia
untuk menerima ajaran agama. Kebenaran-kebenaran yang dinyatakan di dalam
Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang
tidak diterima oleh seseorang yang didalam dirinya ada pengaruh besar dari
kekuasaan, merasa lebih mulia dan tidak ingin meninggalkan adat istiadat atau
kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama berdasarkan Al-Qur’an dan
sunnah.
Menurut catatan sejarah, ketiga hal itulah yang menyebabkan
orang-orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin pada masa lalu. Kita
tentu tidak ingin terjebak pemikiran ala
jahiliyah tersebut. Oleh sebab itu,
sudah seyogyanya ketiga faktor penghalang
itu kita singgkirkan mumpung masih punya kesempatan untuk melakukannya.
Apapun kebenaran yang berasal
dari Al-Qur’an dan sunnah, kita terima. Jangan menjadikan kekuasaan, kemuliaan
dan adat istiadat (tradisi) sebagai penghalang dalam menerima kebenaran
Al-Qur’an dan sunnah. Hindarilah pola pikir mencari pembenaran, tetapi
berusahalah mencari kebenaran. Ketika kebenaran telah diperoleh, jadikan lah
sebagai acuan didalam beraktivitas.
Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci,
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, menceritakan bahwa ada beberapa faktor yang
mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin, antara lain ialah:
Pertama: Persaingan berebut kekuasaan.
Dalam kabilah besar Quraisy, sudah sejak lama terdapat
golongan-golongan (keluarga besar) yang saling bersaing untuk merebut pengaruh
dan kekuasaan. Tunduk kepada Muhammad menurut pendapat mereka, sama dengan
tunduk menyerahkan pimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, Bani Abdul
Muththalib. Mereka tak dapat membedakan kenabian dan kekuasaan.
Kedua: Ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam.
Orang Quraisy memandang diri mereka adalah lebih mulia dan
tinggi dari golongan bangsa Arab lainnya, sedang agama Islam memandang manusia
itu sama saja hak dan martabatnya, tidak berbeda antara hamba sahaya dengan
tuannya, antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam sebagaimana firman
Allah:
...sesungguhnya orang
yang paling mulia pada sisi Allah, ialah orang yang paling taqwa...(Surat (49)
Al Hujurat ayat 13)
Oleh sebab itu, orang Quraisy enggan masuk agama Islam yang
menurut anggapan mereka menurunkan martabat diri mereka dan merugikan kedudukan
mereka.
Ketiga: Taklid kepada nenek moyang.
Segala adat istiadat, kepercayaan-kepercayaan dan
upacara-upacara keagamaan yang mereka dapati dari leluhur mereka, diterima dan
dipegangi secara membabi buta, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an:
...Cukuplah bagi kami
apa yang telah kami terima dari nenek moyang kami..(Surat (5) Al Maa’idah ayat
104)...
(Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Abdullah bin
Abdul Aziz Ali Sa’ud)
Pekanbaru, September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar