Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, November 03, 2013

Faktor Yang Mendorong Orang Quraisy Menentang Islam


Kekuasaan, merasa diri lebih mulia dan enggan meninggalkan ajaran nenek moyang merupakah hal yang dapat menjadi penghalang bagi manusia untuk menerima ajaran agama. Kebenaran-kebenaran yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tidak diterima oleh seseorang yang didalam dirinya ada pengaruh besar dari kekuasaan, merasa lebih mulia dan tidak ingin meninggalkan adat istiadat atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah.
Menurut catatan sejarah, ketiga hal itulah yang menyebabkan orang-orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin pada masa lalu. Kita tentu tidak ingin terjebak  pemikiran ala jahiliyah tersebut.  Oleh sebab itu, sudah seyogyanya ketiga faktor penghalang  itu kita singgkirkan mumpung masih punya kesempatan untuk melakukannya. Apapun kebenaran yang berasal dari Al-Qur’an dan sunnah, kita terima. Jangan menjadikan kekuasaan, kemuliaan dan adat istiadat (tradisi) sebagai penghalang dalam menerima kebenaran Al-Qur’an dan sunnah. Hindarilah pola pikir mencari pembenaran, tetapi berusahalah mencari kebenaran. Ketika kebenaran telah diperoleh, jadikan lah sebagai acuan didalam beraktivitas.

Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, menceritakan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin, antara lain ialah:
Pertama: Persaingan berebut kekuasaan.
Dalam kabilah besar Quraisy, sudah sejak lama terdapat golongan-golongan (keluarga besar) yang saling bersaing untuk merebut pengaruh dan kekuasaan. Tunduk kepada Muhammad menurut pendapat mereka, sama dengan tunduk menyerahkan pimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Muhammad, Bani Abdul Muththalib. Mereka tak dapat membedakan kenabian dan kekuasaan.
Kedua: Ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam.
Orang Quraisy memandang diri mereka adalah lebih mulia dan tinggi dari golongan bangsa Arab lainnya, sedang agama Islam memandang manusia itu sama saja hak dan martabatnya, tidak berbeda antara hamba sahaya dengan tuannya, antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam sebagaimana firman Allah:
...sesungguhnya orang yang paling mulia pada sisi Allah, ialah orang yang paling taqwa...(Surat (49) Al Hujurat ayat 13)
Oleh sebab itu, orang Quraisy enggan masuk agama Islam yang menurut anggapan mereka menurunkan martabat diri mereka dan merugikan kedudukan mereka.
Ketiga: Taklid kepada nenek moyang.
Segala adat istiadat, kepercayaan-kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan yang mereka dapati dari leluhur mereka, diterima dan dipegangi secara membabi buta, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an:
...Cukuplah bagi kami apa yang telah kami terima dari nenek moyang kami..(Surat (5) Al Maa’idah ayat 104)... (Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud)
Pekanbaru, September 2013

Tidak ada komentar: