Besar kemungkinan, sebagian dari kita pernah mendapat undangan. Undangan itu dapat berasal dari saudara, kerabat maupun tetangga. Mungkin juga undangan dari orang yang belum kita kenal. Setelah menerima undangan,biasanya mulai mikir soal pakaian. Waktunya diingat benar agar tidak terlambat. Ada perasaan tidak enak bila tidak dapat hadir.
Bagaimana dengan undangan dari Allah SWT? Adakah terpikirkan bagaimana persiapan menghadirinya ? Adakah perasaan tidak enak bila tidak dapat memenuhi undangan itu ? Jawabannya ada pada diri masing-masning.
Allah Swt selalu memberikan undangan kepada manusia. Sekurang-kurangnya, ada tiga bentuk undangan yaitu kematian/ajal, haji dan azan. Undangan dalam bentuk kematian berlaku untuk semua makhluk yang bernyawa, termasuk manusia. Seluruh manusia akan menerima undangan ini, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, diminta atau tidak diminta. Tidak ada pilihan lain. Undangan kematian, pasti datang. "Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya." (QS An-Nahl [16] 61). Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(ALI Imran 145)
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (An Nisaa 78). Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(QS Al An Biyaa 35)
Undangan kedua adalah haji. Undangan ini terbatas untuk manusia beragama Islam. Non Muslim, tak dapat undangan. Walaupun undangan ini untuk seluruh umat muslim, namun ada persyaratan yang harus dpenuhi. Syarat itu antara lain, mampu secara jasmani/rohani dan dana. Kenyataan sekarang ini, terpenuhi semua persyaratan, belum tentu dapat memenuhi undangan Allah itu. Masih harus menunggu. Dalam memenuhi undangan kedua ini, peluang untuk memilih tersedia. Artinya, ada kesempatan untuk menunda bahkan tidak melaksanakannya. Dengan segala konsekwensinya yang akan diminta pertangung-jawabannya nanti oleh Allah SWT. Undangan ini wajibnya sekali seumur hidup, namun terbuka juga kesempatan untuk melaksanakannya berkali-kali. Sekali lagi, melaksanakan haji berkali-kali juga merupakan pilihan. "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS. Ali Imran: 97). Dalam Hadis Qudsi Allah berfirman :'Barang siapa saya beri kesehatan badan dan kelapangan rizqi kemudian dia tidak mau mengunjungi rumah-Ku ini setelah empat tahun, maka dia tertutup dari (rahmat-Ku)"
Undangan ketiga adalah azan. Kumandang azan dari Masjid/Mushalla/Surau merupakan undangan bagi muslim terutama laki-laki untuk melaksanakan shalat berjamaah. Undangan ini yang paling sering diterima manusia muslim. Biasanya, azan berkumandang lima kali dalam sehari sesuai dengan jadwal shalat fardu. Terbuka lebar kesempatan untuk memilih. Namun, tetap saja ada konsekwensinya. Seorang Muslim yang merasa membutuhkan Allah SWT, tentu akan bersegera memenuhi undangan itu. Tidak ada hal lain yang lebih penting. Bukankah semua yang dimiliki manusia adalah pemberian-Nya. Ketika azan, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu mengundang umat Islam untuk datang ke Masjid/Mushalla dan melaksnakan shalat berjamaah. Pengabaian dari panggilan azan, dapat berarti menganggap ada hal lain lebih pentung dari Allah SWT. Misalnya, pekerjaan, keluarga, kerabat, aktivitas dan lain-lain.
Saya pernah mendengar Rasulullah saw; "Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian berjamaah, karena sesungguhnya serigala itu hanya akan memakan kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya)." As-Sa`ib berkata; Maksud berjamaah adalah shalat secara berjamaah(H R. Abu Daud )
Dari Ibnu Ummi Maktum bahwasanya dia pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, dia berkata; Ya Rasulullah, saya adalah seorang yang buta dan rumahku jauh, sedangkan saya mempunyai orang yang menuntunku tapi dia tidak membantuku, maka apakah saya mendapatkan keringanan untuk melaksanakan shalat di rumahku? Beliau bersabda: "Apakah kamu mendengar adzan?" Dia menjawab; Ya. Beliau bersabda: "Saya tidak mendapatkan keringanan untukmu!"
Undangan Allah SWT itu akan datang dan terus datang. Manusia bijak tentu akan berusaha memenuhi undangan itu dengan sungguh-sungguh. Kesempatan memilih patut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebelum kesempatan itu hilang. Sebuah kecerdasan apabila berusaha keras mempersiapkan diri menjelang datangnya undangan, terutama undangan kematian.
Pekanbaru, 21 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar