Wahai hamba-hamba Ku, sempatkanlah beribadah kepada Ku , nanti Aku penuhi hatimu dengan kekayaan serta kecukupan dan tanganmu dengan rezeki. Janganlah menjauhkan diri dari Ku, nanti Aku penuhi hatimu dengan kemiskinan dan tanganmu akan syarat dengan kesibukan. ( HR. Tirmidzi)
Menurut hadits qudsi ini, Allah SWT memerintahkan kita supaya menyempatkan diri untuk beribadah dan jangan menjauhkan diri dari-Nya. Hasil dan akibat dari perbuatan itu, juga dinyatakan dengan jelas. Dengan demikian, tidaklah sulit memahaminya.
Allah SWT tahu benar, bahwa kekayaan dan kecukupan itu, sangat dibutuhkan manusia. Banyak waktu digunakan untuk mandapatkan kekayaan dan kecukupan itu.Hari-hari selalu ditandai dengan kesibukan. Berhasilkah mendapatkan kekayaan dan kecukupan itu? Belum tentu.
Ada satu jalan dibukakan oleh Allah SWT untuk memperoleh kekayaan dan kecukupan, yaitu sempatkanlah beribadah kepada-Nya. Perlu diingat, bahwa kekayaan yang dijanjikan itu adalah kekayaan dan kecukupan dihati.
Boleh jadi, secara lahiriah, kita terlihat kaya dan berkecukupan menurut ukuran manusia. Belum tentu hati kita juga merasakan kekayaan dan kecukupan itu.Tidak jarang, semakin banyak yang diperoleh, terasa semakin banyak pula yang belum didapat. Selalu terasa ada yang kurang. Terkadang, menempuh jalan tercela untuk memenuhi berbagai keinginan.
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebaliknya, boleh jadi kita termasuk belum kaya dan belum berkecukupan menurut pandangan manusia. Tetapi, dengan adanya rasa berkecukupan didalam hati, tidak merasa perlu meminta-minta kepada orang lain. Juga tidak tertarik untuk melakukan pekerjaan/usaha terlarang.
Untuk menghindarkan diri dari hati yang selalu merasa kekurangan, sempatkanlah beribadah kepada Allah SWT. Jangan menjauh dari-Nya. Sebenarnya, setiap saat kita dapat beribadah. Apapun yang dilakukan, niatkan untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan lakukan sesuai dengan tuntunan AlQur’an dan sunnah Nabi saw.
Tidaklah bijaksana jika memisah-misahkan antara kesibukan mencari kekayaan dan kecukupan dengan ibadah. Kesibukan itupun dapat bernilai ibadah. Lebih penting lagi, sesibuk apapun, tidak sampai meninggalkan ibadah wajib, terutama shalat.
Pekanbaru, 17 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar