Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS. Al- Baqarah 2: 183)
Perintah Allah SWT ini cukup jelas. Orang-orang yang beriman
diwajibkan berpuasa. Tujuannya agar bertaqwa. Namun, didalam perjalanan
melaksanakan puasa itu, akan ada dua muara.
Pertama, mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Barangsiapa yang
berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, diampunilah semua
dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)
Ada persyaratan mendasar yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan ampunan tersebut. Yaitu berpuasa dilandasi iman dan mengharapkan
pahala dari Allah. Menurut Aam Amiruddin (Tafsir Al Qur’an Kontemporer) Iman,
secara bahasa bermakna “membenarkan”. Maksudnya, membenarkan hal yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang
pokok-pokoknya tersistematisasikan dalam rukun iman.
Kedua, hanya mendapatkan haus dan lapar.
Berapa banyak orang
yang berpuasa hanya mendapatkan rasa haus dan lapar dari puasanya. (HR. Ibnu
Majah, Ad-Darimi, Ahmad)
Hasil ini diperoleh orang-orang yang berpuasa tetapi tidak
menghiraukan nilainya. Perbuatan yang dilarang selama berpuasa tetap saja
dilakukan.
Apabila seseorang
diantara kalian mengerjakan ibadah puasanya, maka janganlah ia mengeluarkan
kata-kata yang kotor lagi mesum. (HR. Bukhari)
Barangsiapa masih juga
tidak mau meninggalkan ucapan dusta dan pengamalannya, maka Allah tidak
memerlukan lagi dia untuk meninggalkan makan dan minumnya. (HR. Bukhari)
Jika ada orang lain
yang mengajak berkelahi atau bertengkar
dengan nya, hendaklah ia mengatakan kepadanya, ‘sesungguhnya aku sedang puasa,
sesungguhnya aku sedang puasa. (HR. Bukhari)
Jadi, disamping menahan diri dari makan, minum dan berjima
disiang hari, perlu pula memelihara perilaku termasuk perkataan. Wallahualam...
(Pekanbaru, Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar