Ketika Imam Ali bin Abi Thalib bertempur dan berhasil menjatuhkan lawannya, saat kritis menjelang terbunuhnya sang musuh, dia tiba-tiba meludahi beliau, serta merta Ali bin Abi Thalib menghentikan perkelahiannya, sang lawan bertanya :” Ya Ali kenapa anda tidak jadi membunuhku, padahal aku sudah tidak berdaya lagi ? Imam Ali menjawab :” Aku khawatir jikalau melanjudkan perkelahian ini dan aku membunuhmu, karena aku telah diludahi oleh mu, bukan karena membela agama Allah.
Imam Ali sangat khawatir jihadnya sudah tidak murni lagi, melainkan sudah disaputi dendam dan hawa nafsu. ( Tanda-Tanda Ikhlas Seorang Hamba, Abdullah Gimnastiar)
Kisah ini dapat dijadikan renungan. Sejauhmana lurusnya niat kita dalam melakukan ibadah. Ada baiknya, setiap kali akan melakukan sesuatu, kita bertanya kepada diri sendiri. Apakah ini kulakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT ? Sekecil apapun sebuah perbuatan baik yang landasi keikhlasan niat semata-mata karena Allah SWT, akan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Sebaliknya, berapa banyakpun kita lakukan, tanpa niat ikhlas karena Allah SWT, tidak bernilai apa- apa.
Pertanyaan serupa, akan lebih penting lagi ketika akan melakukan ibadah wajib. Shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, zakat , haji dan lain-lain. Ibadah tersebut mempunyai tahapan-tahapan ( rukun/syarat). Disetiap tahapan itu, dibutuhkan niat dan keikhlasan. Memperbagus wuduk misalnya, bukan kerena dilihat orang. Rajin ke mesjid, bukan karena ingin disebut taat. Bayar zakat, bukan karena ingin disebut dermawan. Pergi haji bukan karena rindu ka’bah dan mesjid Nabawi. Banyak lagi contoh yang lain.
Selalu bertanya kepada diri sendiri tentang niat dan keikhlasan beribadah itu, akan berdampak muncul nya kehati-hatian. Dengan demikian, ibadah akan terpelihara dan mempunyai nilai disisi Allah SWT.
"Bahwa sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. Dan bagi seseorang adalah apa yang ia niatkan. Maka, barangsiapa yang niat hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrah itu kapada Allah dan Rasul Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu adalah kepada apa yang ditujunya. ( HR. Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar