Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Dari Abu Dzarr ra, dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam suatu yang diceritakannya dari Tuhan-nya Yang Maha Mulia ( Hadits Qudsi), Allah berfirman : “…Wahai hamba-Ku, semua kamu adalah sesat, kecuali orang-orang yang Ku-beri petunjuk, maka mintalah petunjuk-Ku, supaya kamu mendapat petunjuk itu…
Dari beberapa kali menyaksikan prosesi masuk Islam, saya mendapatkan informasi, bahwa seseorang atau keluarga yang masuk Islam itu sudah bersentuhan terlebih dahulu dengan ajaran Islam. Ada yang berteman dengan orang-orang Islam, ada yang membaca buku-buku Islam, ada yang sering melihat/mendengarkan pelaksanaan ibadah tertentu, ada yang keluarganya sudah Islam.
Hal ini patut menjadi pengajaran bagi kita, jika ingin agama Islam ini semakin luas pengikutnya, perlu semakin diperluas sentuhannya. Kemajuan teknologi informasi memberi peluang sangat besar untuk menyebar-luaskan ajaran Islam keseluruh penjuru dunia. Disamping itu, buku-buku tentang Islam, merupakan dakwah yang berpengaruh signifikan.
Saya tertarik dengan sebuah tulisan di internet tentang masuk Islamnya seorang bocah Amerika. Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal, ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.
Berdasarkan kisah yang saya dengar maupun kisah bocah Amerika itu, ternyata masuk Islamnya seseorang atau keluarga bukan tiba-tiba dan kebetulan. Sekecil apapun kadarnya, selalu ada usaha. Wujud usaha itu dapat berupa membaca, bergaul ataupun mendengarkan.
Kisah tentang masuk Islam ini, sepatutnya menjadi pemicu bagi kita untuk terus belajar dan mengajarkan agama. Terutama kepada anak-anak, sehingga semakin banyak generasi muda Islam yang kuat imannya. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk kepentingan agama, merupakan langkah bijaksana.
Memang kita tidak mempunyai kewenangan/kekuasaan untuk menjadikan orang-orang yang sesat mendapat petunjuk. Hal itu adalah hak Allah SWT. Kita hanya perlu berusaha menyampaikan kebenaran. Usaha kita menyampaikan kebenaran itu akan mendapat imbalan dari Allah SWT.
Pekanbaru, 25 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar