Dari Zaid bin Tsabit r.a beliau berkata, “Kami mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” (HR Ibnu Majah)
Seberapa sibukkah kita mancari nafkah untuk hidup didunia ini? Sudah berapa banyakkah kekayaan yang kita kumpulkan? Mencari nafkah memang sangat dianjurkan didalam ajaran Islam. Berusaha untuk menjadi kaya (materi), juga tidak dilarang. Kedua hal itu dapat menjadi ibadah. Tergantung niat dan cara melakukannya.
Seberapa seringkah, tidak merasa cukup muncul dalam pikiran kita? Jika rasa itu muncul, ingatlah pesan Rasulullah saw. Luruskan niat dalam menjalani kehidupan ini. Niat berkaitan erat dengan tujuan. Rasulullah mengingatkan, agar kita menjadikan akhirat sebagai niat/tujuan utama. Jangan jadikan dunia sebagai niat/tujuan utama..
“Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas), maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga.‘” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kekayaan berupa harta, tidak akan pernah memberi kepuasan. Selalu saja kurang. Apalagi membandingkannya dengan kepunyaan orang lain.
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sungguh, sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah SWT berikan kepadanya.” (HR. Muslim)
Berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh penghidupan yang layak, memang perlu kita lakukan. Namun, semuanya itu dilandasi niat untuk mendapatkan kehidupan yang baik diakhirat kelak. Apapun yang dilakukan, dapat memberi kemudahan dalam mempertanggung- jawabkannya nanti dihadapan Allah SWT.
Sebuah keteladanan telah ditunjukkan oleh Sayidina Ali r.a, bahwa niat yang lurus semata-mata karena Allah perlu benar-benar dipelihara. Dikisahkan, suatu hari disebuah pertempuran yang berkecamuk, Imam Ali r.a terlibat pertarungan hebat dengan seorang tentara kafir. Sebagai pemuda suku Quraish, beliau jelas terlatih untuk bertempur dalam segala suasana. Ketika Sayidina Ali r.a sudah mempunyai kesempatan untuk membunuh, tentara kafir itu meludahi mukanya. Ali berusaha menahan amarahnya dan tidak jadi membunuh tentara kafir itu. Ali khawatir, niatnya membunuh tentara kafir itu tidak lurus lagi karena Allah tetapi karena emosi.
Dalam menjalani kehidupan ini, banyak sekali kita mendapat godaan untuk membelokkan niat. Awalnya ingin melaksanakan perintah Allah SWT, ditengah jalan niat itu mungkin saja berubah. Oleh sebab itu, kita hendaklah selalu memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT.
Pekanbaru, 4 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar