Dari Aisyah, dari Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang paling dimurkai Allah ialah orang-orang yang suka bertengkar. (HR. Bukhari)
Alangkah nyamannya berada ditengah-tengah masyarakat yang selalu berusaha menjaga perilaku dan ucapan agar tidak terjadi pertengkaran. Apapun alasannya, pertengkaran akan merusak suasana kehidupan. Sayangnya, pertengkaran itu selalu saja dipertontonkan.
Di media televisi, hampir setiap hari dapat kita saksikan adanya pertentangan dua pihak. Sering terjadi, antara demonstran dengan aparat. Dorong-dorongan, teriak-teriakan, bahkan pukul-pukulan. Kadang kita saksikan juga ketika petugas dari pengadilan akan mengeksekusi sebuah bangunan atau lahan, pihak tereksekusi berusaha menghalang-halangi. Lebih ironis lagi, dunia pendidikan belum steril dari peristiwa pertentangan dengan menggunakan cara-cara kurang terdidik. Tawuran antar pelajar masih terjadi. Terkadang menggunakan senjata tajam, kayu, batu dan lain-lain. Apakah peristiwa tersebut masuk kategori bertengkar? Sangat memprihatinkan.
Banyak hal yang dapat menjadi pemicu terjadinya pertengkaran. Pertengkaran terjadi antara dua orang atau pihak yang merasa benar dan berusaha dengan segala cara mempertahankan ‘rasa’ benarnya itu. Misalnya, seseorang merasa terganggu dengan suara berisik tetangganya. Apakah itu suara musik, suara motor, suara anak-anak dan lain-lain. Sudah diingatkan berkali-kali, tetap saja berisik. Akhirnya timbul emosi. Keluar kata-kata kasar. Si tetangga tersinggung pula. Ya… bertengkar jadinya...
Anak-anak sedang bermain, ada yang merasa dicurangi. Saling tidak mau mengalah. Bertengkar lagi...
Selama kita berada ditengah-tengah masyarakat, tidak mustahil kita akan menemukan perilaku orang lain yang tidak kita harapkan. Entah itu berupa sikap atau kata-kata tidak sesuai dengan tata nilai kesopanan. Hal ini dapat menjadi pemicu kemarahan. Kemarahan boleh jadi merupakan awal dari pertengkatan.
Mencermati sabda Nabi Muhammad saw diatas, tidak ada alasan bagi kita untuk bertengkar. Sebagai seorang muslim yang bijak, kita tentu tidak ingin menjadi manusia yang dimurkai oleh Allah SWT. Karena itu, berusahalah sekuat tenaga untuk menghindari pertengkaran antara sesama muslim. Jika, kebenaran yang kita sampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh orang lain, bersabarlah. Bersabar tidak berarti membiarkan/menyetujui kemunkaran. Kemunkaran harus dirobah.
Rasulullah saw mengingatkan:” Siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka rubahlah dengan tanganmu, bila tidak sanggup, maka rubahlah dengan lisanmu, apabila tidak dapat maka rubahlah dengan hatimu, dan ini selemah-lemahnya iman”.( HR. Muslim)
Pekanbaru, 16 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar