Diriwayatkan dari Ali
katanya: Ketika aku mengiringi jenazah dipekuburan Baqi’ Al-Gharqad (di
Madinah). Lalu Rasulullah saw menghampirikami , lantas Nabi duduk dan kami juga
duduk disekitarnya. Nabi memegang sebatang tongkat dan menghentakkan tongkat
itu ketanah. Nabi kemudian menggariskan tanah dengan tongkat tersebut dan
bersabda :” Setiap orang dari kamu, setiap jiwa yang bernafas telah ditentukan
oleh Allah SWT tempatnya di surga atau neraka. Begitu juga nasibnya telah
ditentukan oleh Allah SWT, apakah dia mendapat kecelakaan atau kebahagiaan”.
Ali berkata: Seorang laki-laki berkata:” Wahai Rasulullah! Kenapa kita tidak
menunggu ketentuan kita terlebih dahulu kemudian barulah memulai amal ibadah?
Rasulullah saw bersabda :” Siapa yang termasuk golongan yang mendapat
kebahagiaan, sudah pasti ia mudah melakukan amalan golongan bahagia. Begitu
juga, siapa yang termasuk dalam golongan yang mendapat kecelakaan, dia juga
sudah pasti mudah melakukan amalan
golongan celaka”. Nabi bersabda lagi:” Lakukanlah amalan karena segala-galanya
dipermudahkan. Golongan yang mendapat kebahagiaan akan dipermudah melakukan
amalan golongan yang mendapat kebahagiaan. Sedangkan golongan celaka juga akan
dipermudah melakukan amalan golongan celaka”. Selanjudnya Nabi membaca ayat :”
Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertaqwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan
merasa dirinya cukup serta mendustakan pahlaa terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. ( QS. Al-Lail: 5-10).. ( HR.
Bukhari-Muslim)
Didalam buku Shahih Bukhari-Muslim, hadis ini termasuk dalam
kitab tentang takdir. Dapat kita jadikan bahan introspeksi dan memotivasi diri.
Jika banyak kemudahan kita peroleh dalam melakukan hal-hal baik sesuai dengan
Al Qur’an dan sunnah, mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mendapat
kebahagiaan. Hal ini layak menjadi motivasi untuk terus berusaha
sungguh-sungguh mempertahankan amalan baik itu.
Tidak ada yang mengetahui takdirnya. Tidaklah bijaksana
menunggu datangnya takdir. Karena itu, sudah sepatutnya terus berusaha
melakukan amal baik. Hindari perbuatan yang dilarang Al Qur’an dan sunnah.
Terus berdo’a agar termasuk kedalam golongan yang akan memperoleh kebahagiaan.
Bengkulu, 5 Nopember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar