Seorang yang
ikhlas selalu merasa dirinya banyak kekurangan disisi Allah. Ia selalu merasa
belum maksimal dalam menjalankan berbagai kewajiban yang dibebankan Allah
kepadanya. Hatinya tidak pernah terjangkit penyakit bangga (ujub) terhadap amal
perbuatan maupun status dirinya. Bahkan, ia senantiasa merasa kuatir bahwa
kejahatan yang pernah dilakukannya tidak diampuni oleh Allah. Ia juga selalu
cemas bahwa semua kebaikan yang dikerjakannya tidak diterima oleh-Nya. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika seorang yang saleh menangis tersedu-sedu ketika ia sedang sakit. Sebagian pembezuk
bertanya kepadanya, “ Mengapa anda menangis tersedu-sedu? Bukankah anda sering
berpuasa, sering shalat malam, sering berjihat dijalan Allah, sering bersedekah,
sering menunaikan ibadah haji dan umrah, serta sering mengajar dan memberikan
pengajian? Jawab si sakit, “ Aku tidak mengerti, apakah amal perbuatanku itu
diterima oleh Tuhanku? Sedangkan Allah berfirman :”... Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertakwa.” (al-Maa’idah: 27)
Berdasarkan ayat
itu, jelas bahwa ketakwaan itu bersumber dari hati. Untuk itu, Al Qur’an
menyandarkan kata takwa kepada hati, seraya berkata: “...maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)
Rasulullah saw
bersabda, “ Takwa itu letaknya disini,
kata-kata itu beliau ulangi tiga kali sambil menunjukkan tangan kearah dada”. (
HR Muslim)
Aisyah r.a
pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang maksud firman Allah:” Dan orang-orang yang mengeluarkan rezeki
yang dikaruniakan kepada mereka, sedang hati mereka takut bahwa mereka akan
kembali kepada Tuhan mereka.” Apakah mereka itu orang-orang yang mencuri ,
orang-orang yang berzina dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut
akn siksa dan murka Allah ‘Azza wa Jalla? Jawab Nabi, “ Bukan, wahai putri Abu
Bakar! Mereka itu adalah orang-orang yang rajin shalat, berpuasa dan sering
bersedekah, sementara mereka khawatir amal mereka tidak diterima. Mereka
bergegas dalam menjalankan kebaikan dan mereka orang-orang yang berlomba.” (HR
Ahmad dan lain-lain)
( Sumber: Ikhlas Sumber Kekuatan
Islam, DR. Yusuf Qardhawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar