Dari ‘Aisyah r.a.
berkata: Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah kami
bertepatan dengan adanya seorang wanita, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya, “Siapakah wanita itu?” Jawab ‘Aisyah, “Ini Falunah yang
terkenal ibadah shalatnya banyak sekali.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ah (kata yang menyatakan kurang senang), hendaklah ia
mengerjakan menurut kadar kemampuannya dengan tidak memaksakan diri maka Allah
tidak akan jemu (bosan) menerima amalmu sehingga kamu sendiri yang jemu beramal
dan perilaku agama yang disukai Allah ialah yang dikerjakan terus-menerus.”( HR
Bukhari-Muslim)
Dari hadis ini, dapat kita ambil pengajaran, bahwa melakukan
ibadah dengan jumlah yang banyak, tidaklah dianjurkan oleh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Apalagi sampai memaksa diri dan temporer. Ibadah yang
dilakukan dengan terus menerus, lebih disukai Allah SWT. Bukan soal banyaknya,
tetapi kesinambungannya yang perlu benar-benar dilaksanakan.
Dari Abu Hurairah ra,
katanya; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amal seseorang
tidak akan mampu menyelamatkan dirinya…” . “Sampai engkau pun tak bisa selamat
wahai Rasulllah ?” Tanya mereka. “Ya, aku pun demikian… kecuali bila Allah
Ta’ala menaungiku dengan rahmat-Nya; karenanya luruskanlah (amal kalian) dan
dekatilah kebenaran semampunya. Berusahalah di pagi dan petang, serta sejenak
di malam hari, serta bersikaplah yang sedang-sedang saja dalam ibadah, niscaya
kalian akan sampai”. (H.R. Bukhari ).
Semakin jelas, bahwa sikap sedang-sedang saja dalam beribadah
dianjurkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, kesungguhan didalam melaksanakannya
perlu diupayakan. Untuk ibadah wajib, sudah ada waktu, jumlah dan aturannya.
Ketentuan-ketentuan itu perlu benar-benar diperhatikan dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, sesuai tuntunan Al Qur’an dan sunnah.
Dengan melaksanakan ibadah sedang-sedang saja, kita memiliki waktu cukup
untuk melaksanakan aktivitas lainnya. Kehidupan ini memang patut diisi dengan
berbagai aktivitas yang bermanfaat seperti menuntut ilmu, bersilaturrahmi,
berusaha/bekerja dan lain-lain. Jika aktivitas itu dilaksanakan menurut aturan
Al Qur’an dan sunah Rasul serta dilandasi niat yang ikhlas untuk mencapai ridha
Allah SWT, maka aktivitas itupun dapat bernilai ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar