Berdo’a adalah wujud ketergantungan seseorang kepada Allah
SWT. Kita tentu sangat menginginkan agar do’a tersebut dikabulkan. Agar do’a
dikabulkan oleh Allah SWT, maka berdo’a hendaklah sesuai dengan tatacara berdo'a menurut tuntunan Al
Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diantara tuntunan berdo’a tersebut adalah dengan suara lembut
dan langsung kepada Allah SWT. Aam Amiruddin dalam Tafsir Al Quran Kontemporer
menjelaskan, bahwa seorang Badui pernah
bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “ Ya Rasulullah, apakah
Tuhan itu dekat atau jauh? Kalau dekat, saya minta dengan suara pelan dan kalau
jauh saya akan minta dengan suara keras”. Mendengar pertanyaan itu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiam menunggu wahyu hingga turun ayat berikut
:
“Dan
apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwa Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdo’a kepada Ku apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. Al Baqarah 2: 186)
Merujuk pada ayat ini, para ahli tafsir menegaskan, sudah
sepatutnya seorang hamba berdo’a dengan suara lembut, tidak perlu keras, karena
Allah itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Juga tidak perlu pakai perantara
karena Allah itu qariib (sangat dekat). Adapun terkabul atau tidaknya suatu
do’a sangat ditentukan oleh kesalehan diri kita, bukan kesalehan orang lain,
karena pada ayat itu ada kalimat “ Hendaklah
mereka itu (orang yang memohon) memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku”.
Jelaslah bahwa Al Quran mengarahkan agar kita selalu memohon,
berdoa dan beribadah secara langsung kepada-Nya, tanpa perantara, karena ini
merupakan refleksi dari “Allahushshamad”.
Allah, tempat bergantung segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas 112: 2)
Pekanbaru, Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar