Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Agustus 31, 2014

Setiap Bid'ah Adalah Kesesatan



Apabila masalah-masalah tadi (  Allah Telah Menjelaskan Tentang Pokok-Pokok Dan Cabang-Cabang Agama Islam Dalam Al-Qur’an; Rasulullah SAW Telah Menjelaskan Seluruh Ajaran Agama Islam) tadi sudah jelas dan menjadi ketetapan saudara, maka ketahuilah bahwa siapapun yang berbuat sesuatu bid’ah dalam agama, walaupun dengan tujuan yang baik, maka bid’ahnya itu selain merupakan kesesatan  adalah suatu tindakan  menghujat agama, dan mendustakan firman Allah yang artinya:” Pada hari ini telah  Kusempurnakan untukmu agamamu..., karena dengan perbuatan tersebut dia seakan-akan mengatakan bahwa ajaran Islam itu belum sempurna, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT belum terdapat didalamnya.

Anehnya, ada orang yang melakukan bid’ah berkenaan dengan Dzat, Asma’ dan sifat Allah SWT, kemudian ia mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengagungkan Allah, untuk mensucikan Allah dan untuk mengikuti firman Allah:
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. (QS.Al-Baqarah 22)
Aneh, bahwa ada orang yang melakukan bid’ah seperti ini dalam agama Allah, yang berkenaan dengan Dzat-Nya yang tidak pernah dilakukan oleh para ulama salaf, mengatakan bahwa dialah yang mensucikan Allah, dialah yang mengagungkan Allah dan dialah yang mengikuti firman Allah:” Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah”, dan barangsiapa yang menyalahinya maka dia adalah mumatstsil, musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) atau menuduhnya dengan sebutan-sebutan jelek lainnya.
Anehnya lagi, ada orang-orang yang melakukan bid’ah dalam agama Allah yang berkenaan dengan pribadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan perbuatan itu mereka menganggap bahwa dirinyalah orang yang paling mencintai Rasulullah, dan yang mengagungkan beliau, barangsiapa yang tidak berbuat sama seperti mereka, maka dia adalah orang yang membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam atau menuduhnya dengan sebutan-sebutan jelek lainnya, yang biasa mereka pergunakan terhadap orang yang menolak bid’ah mereka.
Aneh, bahwa orang-orang semacam ini mengatakan bahwa kamilah yang mengagungkan Allah dan Rasul-Nya. Padahal dengan bid’ah yang merka perbuat itu, mereka sebenarnya telah bertindak lancang terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Allah telah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Mendngar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Hujurat 1)
Pembaca yang budiman.
Disini penulis mau bertanya, dan mohon-demi Allah- agar jawaban yang anda berikan berasal dari hati nurani, bukan secara emosional, jawaban yang sesuai dengan tuntunan agama anda, bukan karena taklid (ikut-ikutan).
Apa pendapat anda tentang orang-orang yang melakukan bid’ah dalam agama Allah, baik yang berkenaan dengan Dzat, asma’ dan sifat Allah, atau yang berkaitan dengan pribadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian mereka mengatakan bahwa kamilah yang mengagungkan Allah dan Rasulullah?
Apakah mereka ini yang lebih berhak sebagai pengagung Allah dan Rasul-Nya, ataukah orang-orang yang tidak menyimpang seujung jaripun dari syariat Allah, yang berkata: “Kami beriman kepada syariat Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad, kami mmpercayai apa yang diberitakan, kami patuh dan tunduk terhadap perintah dan larangan, kami menolak apa yang tidak ada dalam syariat, tak patut kami berbuat lancang terhadap Allah dan Rasul-Nya, atau mengatakan dalam agama Allah apa yang tidak termasuk darinya?
Siapakah menurut anda yang lebih berhak untuk disebut sebagai orang yang mencintai serta mengagungkan Allah dan rasul-Nya?
Jelas golongan yang kedua, yaitu mereka yang berkata:”Kami mengimani dan mempercayai apa yang diberitakan kepada kami, patuh dan tunduk terhadap apa yang diperintahkan; kami menolak apa yang tidak diperintahkan, dan tak patut kami mengada-adakan dalam syariat Allah, atau melakukan bid’ah dalam agama Allah”, tidak ragu lagi bahwa mereka inilah orang-orang yang tahu diri, dan tahu kedudukan Khaliqnya, merekalah yang mengagungkan Allah dan Rasul-Nya dan merekalah yang menunjukkan kebenaran kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bukan golongan pertama, yang melakukan bid’ah dalam agama Allah, dalam hal akidah, ucapan atau perbuatan. Padahal anehnya, mereka mengerti akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru itu bid’ah, dan setiap bid’ah itu kesesatan, dan setiap kesesatan itu masuk kedalam neraka.
Sabda beliau “setiap bid’ah” bersifat umum dan menyeluruh, dan mereka mengetahui hal itu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyampaikan maklumat umum ini, tahu akan konotasi apa yang disampaikannya. Beliau adalah manusia paling fasih, paling tulus terhadap umatnya, tidak mengatakan kecuali yang difahami maknanya. Maka ketika beliau bersabda :”Kullu bid’atin dlolalatun”, beliau menyadari apa yang diucapkan, mengerti betul akan maknanya, dan ucapan ini timbul dari beliau karena beliau benar-benar tulus terhadap umatnya.
Apabila suatu perkataan memenuhi ketiga unsur ini, yaitu diucapkan dengan ketulusan, penuh kefasihan dan dengan pemahaman yang penuh, maka perkataan tersebut tidak mempunyai konotasi lain kecuali makna yang dikandungnya.
Dengan pernyataan umum tadi, benarkah bid’ah dapat kita bagi menjadi tiga bagian atau lima bagian?
Sama sekali tidak benar.
Adapun pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa bid’ah itu ada bid’ah hasanah, maka pendapat tersebut tidak lepas dari dua hal”
Pertama, kemungkinan tidak termasuk bid’ah, tapi dianggapnya bid’ah.
Kedua, kemungkinan termasuk bid’ah, yang tentu saja sayyi’ah (buruk), tetapi dia tidak mengetahui keburukannya.
Jadi, setiap perkara yang dianggapnya sebagai bid’ah hasanah, maka jawabannya adalah demikian tadi.
Dengan demikian, maka tidak ada jalan lagi bagi ahli bid’ah untuk menjadikan bid’ah mereka sebagai bid’ah hasanah, karena kita telah mempunyai senjata ampuh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu:
Setiap bid’ah itu kesesatan.
Senjata ini bukan dibuat di sembarang pabrik, melainkan datang dari Nabi Muhammad, dan dibuat sedemikian sempurna. Maka barangsiapa yang memegang senjata ini, maka tidak akan dapat dilawan oleh siapapun, dengan bid’ah yang dikatakannya sebagai hasanah, sementara Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan, bahwa:
Setiap bid’ah itu ksesatan.
(Sumber: Kesempurnaan Islam Dan Bahaya Bid’ah, Syekh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, Penerjmah Ahmad Masykur MZ. Dicetak dan diedarkan Departemen Agama, Wakaf, Dakwah Dan Bimbingan Kerajaan Saudi Arabia)




Tidak ada komentar: