Sebab pertama berpalingnya manusia dari Allah dan
peremehannya terhadap perintah-Nya adalah kebodohan mereka terhadap kekuasaan
Allah. Demikian ditegaskan oleh DR. Majdi Al-Hilali dalam bukunya “Mencintai
& Dicintai Allah, Bagaimana Mewujudkannya?” Sebuah buku terjemahan dari
judul asli “Kaifa Nuhibbulloh wa Nasytaqu ilaihi”.
Dikatakannya, cinta hanyalah salah satu gambaran mu’amalah
yang seyogianya dimiliki oleh seorang hamba terhadap Rabb-nya. Sedangkan bentuk
mu’amalah yang paling besar, berpengaruh dan tinggi derajatnya adalah ma’rifah
(mengenal Allah).
Ketika pengenalan terhadap Allah bertambah niscaya tingkatan
mu’amalah hamba terhadap Rabb-nya menjadi lebih baik. Bertambah kecintaan,
pengagungan, pengorbanan dan rasa takutnya. Sebaliknya, jika sorang hamba tidak
mengenal Rabb-nya dan tidak tahu kekuasaan-Nya, maka hal tersebut akan
menyebabkan ia melakukan perbuatan yang menyelisihi keagungan dan kesempurnaan
Allah. Sehingga rasa takutnya terhadap manusia lebih besar dibandingkan rasa
takutnya terhadap Allah. Ia lebih mencintai jiwa, harta dan perabotannya
daripada kecintaan kepada Rabb-nya. Ia akan berusaha memperindah hal-hal lain
tanpa mempedulikan Rabb-nya.
Maka, sebab pertama berpalingnya manusia dari Allah dan
peremehannya terhadap perintah-Nya adalah kebodohan mereka terhadap kekuasaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian
pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah
tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu
adalah persangkamu yang telah kamu sangka terhadap Rabb-mu, prasangka itu telah
membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(Fushilat
41: 22-23)
Al-Hafish Ibnu Rajab menegaskan bahwa mu’amalah (sikap)
seseorang itu tergantung pada sejauh mana ma’rifahnya. Beliau berkata:” Tidak
ada makanan dan gizi bagi hati dan jiwa selain mengenal Allah Subhanahu wa
Ta’ala, mengenal keagungan, ketinggian dan kebesaran-Nya. Sehingga tingkatan
dalam ma’rifah adalah; takut kepada Allah, mengagungkan-Nya, meninggikan-Nya,
mendekat pada-Nya, cinta kepada-Nya, rindu untuk berjumpa dengan-Nya, dan ridha
dengan ketentuan-Nya”. (Kumpulan risalah Ibnu Rajab II/467).
Dari penjelasan DR. Majdi Al-Hilal diatas, maka sudah
sepatutnya kita berusaha mempelajari ilmu yang berhubungan dengan mengenal kekuasaan
Allah. Sehingga, kita terhindar dari termasuk kedalam golongan orang-orang yang
berpaling dan meremehkan kekuasaan Allah. Kerugian amat besar bagi orang-orang
yang berpaling dari Allah dan meremehkan keuasaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar