Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Rabu, Februari 11, 2015

Mengenal Allah Jalan Menuju Cinta



Sebab pertama berpalingnya manusia dari Allah dan peremehannya terhadap perintah-Nya adalah kebodohan mereka terhadap kekuasaan Allah. Demikian ditegaskan oleh DR. Majdi Al-Hilali dalam bukunya “Mencintai & Dicintai Allah, Bagaimana Mewujudkannya?” Sebuah buku terjemahan dari judul asli “Kaifa Nuhibbulloh wa Nasytaqu ilaihi”.
Dikatakannya, cinta hanyalah salah satu gambaran mu’amalah yang seyogianya dimiliki oleh seorang hamba terhadap Rabb-nya. Sedangkan bentuk mu’amalah yang paling besar, berpengaruh dan tinggi derajatnya adalah ma’rifah (mengenal Allah).

Ketika pengenalan terhadap Allah bertambah niscaya tingkatan mu’amalah hamba terhadap Rabb-nya menjadi lebih baik. Bertambah kecintaan, pengagungan, pengorbanan dan rasa takutnya. Sebaliknya, jika sorang hamba tidak mengenal Rabb-nya dan tidak tahu kekuasaan-Nya, maka hal tersebut akan menyebabkan ia melakukan perbuatan yang menyelisihi keagungan dan kesempurnaan Allah. Sehingga rasa takutnya terhadap manusia lebih besar dibandingkan rasa takutnya terhadap Allah. Ia lebih mencintai jiwa, harta dan perabotannya daripada kecintaan kepada Rabb-nya. Ia akan berusaha memperindah hal-hal lain tanpa mempedulikan Rabb-nya.
Maka, sebab pertama berpalingnya manusia dari Allah dan peremehannya terhadap perintah-Nya adalah kebodohan mereka terhadap kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah persangkamu yang telah kamu sangka terhadap Rabb-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(Fushilat 41: 22-23)
Al-Hafish Ibnu Rajab menegaskan bahwa mu’amalah (sikap) seseorang itu tergantung pada sejauh mana ma’rifahnya. Beliau berkata:” Tidak ada makanan dan gizi bagi hati dan jiwa selain mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal keagungan, ketinggian dan kebesaran-Nya. Sehingga tingkatan dalam ma’rifah adalah; takut kepada Allah, mengagungkan-Nya, meninggikan-Nya, mendekat pada-Nya, cinta kepada-Nya, rindu untuk berjumpa dengan-Nya, dan ridha dengan ketentuan-Nya”. (Kumpulan risalah Ibnu Rajab II/467).
Dari penjelasan DR. Majdi Al-Hilal diatas, maka sudah sepatutnya kita berusaha mempelajari ilmu yang berhubungan dengan mengenal kekuasaan Allah. Sehingga, kita terhindar dari termasuk kedalam golongan orang-orang yang berpaling dan meremehkan kekuasaan Allah. Kerugian amat besar bagi orang-orang yang berpaling dari Allah dan meremehkan keuasaan-Nya.

Tidak ada komentar: