Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Februari 19, 2015

Sempurnanya Ibadah (Rasa Takut, Harapan, Ridha, Bahagia)



Sebagai seorang Mukmin, kita sepatutnya terus berusaha untuk mencapai kesempurnaan peribadahan. Oleh sebab itu, kita perlu memahami bagaimana sesungguhnya  kesempurnaan peribadahan itu.
Dr. Majdi Al-Hilali dalam sebuah buku “Mencintai & Dicintai Allah, Bagaimana Mewujudkannya? Memberikan penjelasan tentang kesempurnaan peribadahan. Dijelaskan, bahwa, peribadahan sejati kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala pada hakekatnya adalah mengarahkan sebagian besar perasaan hamba hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga hal itu akan membalikkan mu‘amalahnya sesuai dengan keadaan dan peristiwa yang ia alami. Ini merupakan bentuk realisasi dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
Sungguh menaksjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya adalah baik baginya. Dan, hal itu tidak terjadi kecuali pada diri seorang mukmin. Jika ia ditimpa kelapangan ia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Sedang jika ia ditimpa kesusahan ia bersabar, maka sabar itu juga baik baginya. (HR. Muslim)

Inilah penghambaan sejati seorang mukmin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia menyembah-Nya, mengarahkan seluruh perasaannya kepada-Nya sesuai dengan kondisi yang ia alami. Sehingga akan kamu dapati kondisinya berubah-ubah antara rasa takut, harapan, ridha, bahagia, trenyuh dan sebagainya.
Adapun penghambaan yang kurang sempurna adalah memusatkan diri pada bentuk ibadah yang dirasa cocok dan meninggalkan ibadah yang lain. Ini sangat berbahaya dan bisa menggelincirkan.
Ibnu Rajab berkata:” Ketahuilah bahwa ibadah dibangun diatas tiga pilar; takut, harap dan cinta; semuanya harus ada. Mengumpulkan ketiga hal itu adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu para salaf mencela orang yang beribadah dengan salah satunya saja dan meremehkan yang lain.
Sesungguhnya kebid’ahan orang khawarij dan sejenisnya terjadi karena berlebih-lebihan dalam masalah takut dan berpaling dari cinta dan harapan.
Kebid’ahan orang Murji’ah berawal dari ketergantungan pada harapan semata dan mengesampingkan rasa takut. Sedangkan kebid’ahan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpahaman wihdatul wujud terjadi karena mengkultuskan rasa cinta dengan mengabaikan rasa takut dan harapan”.(Istinsyaqu Nasimul Unsi, karya Ibnu Rajab (18-21) (Dr. Majdi Al-Hilali dalam sebuah buku “Mencintai & Dicintai Allah, Bagaimana Mewujudkannya?
Pekanbaru, Februari 2015.


Tidak ada komentar: