Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Selasa, Januari 30, 2018

Perintah Shalat Dan Berinfak



“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman:”Hendaklah mereka mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sebelum datang hari yang padanya tidak ada jual beli dan persahabatan’.(QS. Ibrahim 31)
Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar menaati-Nya, melaksanakan hak-Nya dan berbuat baik kepada makhluk-Nya dengan jalan mendirikan shalat, yaitu penghambaan kepada Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya; dengan manafkahkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka yaitu dengan menunaikan zakat, infak kepada kerabat, dan berbuat baik kepada orang lain.

Yang dimaksud dengan mendirikan shalat ialah menjaga shalat dalam hal waktu, ketentuan, ruku, sujud dan khusyunya; dan dengan berinfak baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Hal itu untuk menyelamatkan diri mereka sendiri “sebelum datang hari’, yaitu hari Kiamat,’ yang padanya tidak ada jual beli dan persahabatan,” dan tidak akan diterima dari seorangpun tebusan dengan jalan membeli dirinya sendiri.
Firman Allah “tiada persahabatan” maksudnya bahwa pada hari itu tiada kebaikan teman sehingga dia memperoleh pengampunan dari hukuman yang wajib dilaksanakan olehnya.  Yang ada disana adalah keadilan. Maksudnya, ialah bahwa tidak berguna lagi bagi seorangpun pembelian dan penebusan; tidak berguna pula persahabatan dengan seseorang dan pertolongannya jika dia bertemu dengan Allah dalam keadaan kafir. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala:
Dan takutlah kamu pada suatu hari yang padanya tidak ada seseorang yang dapat membela orang lain sedikitpun, tidak diterima syafaat dan tebusan daripadanya , dan tidak pula mereka akan ditolong”.
(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid II, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)


Tidak ada komentar: