Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Juni 06, 2010

Puisi Isi Hati Seorang Ayah

“Aku memberimu makan dimasa kecilmu dan mendukungmu bahkan ketika kau mencapai usia remaja. Seluruh biaya hidupmu ditanggung oleh punggungku.
Aku sering terbangun semalaman dan sangat gelisah bila kau sedang sakit . Seolah-olah sakitmu adalah sakitku, dan aku menangis sepanjang malam.
Ketakutan atas kematianmu selalu menghantuiku walaupun aku tahu bahwa maut hanya akan terjadi pada saat yang ditentukan dan tidak bisa dihindari sama sekali.
Ketika kau mencapai usia dewasa, sesuatu yang kudambakan, biasanya kau berlaku keras dan mengucapkan kata-kata kasar kepadaku. Engkau bersikap kepadaku seolah-olah kau telah berbaik hati kepadaku.
Sayang sekali, seandainya kau tidak mau memberikan hak ku sebagai bapakmu, sedikitnya kau bisa memperlakukanku sebagai tetanggamu.
Aku mengharap engkau paling sedikit bisa menunaikan tugasmu kepadaku bagaikan tetanggamu , dan tidak bertindak kikir dalam membelanjakan uangku untuk keperluanku”.
Saya cukup tersentuh dengan puisi ini yang ditulis dalam buku “Pelajaran bagi ulil abshar tempat-tempat bersejarah di Madinah Munawwarah” oleh Imtiaz Ahmad. Penjelasan lebih lengkapnya saya kutipkan. Yaitu, seseorang menghampiri Nabi Muhammad SAW dan mengeluh, bahwa bapaknya telah mengambil alih seluruh hartanya. Nabi SAW bersabda kepadanya,: ‘Jemputlah bapakmu kesini’. Sementara itu Malaikat Jibril AS menghampiri Nabi Muhammad SAW dan berkata :’ Bila bapaknya telah datang , tanyakan kepadanya tentang kata-kata yang diucapkan dalam hatinya bahkan telinganya sendiripun tidak dapat mendengarnya’. Ketika laki-laki muda itu membawa bapaknya, Nabi Muhammad SAW bertanya, kenapa anakmu mengeluh bahwa kamu telah menguasai seluruh hartanya? Sang bapak meminta Nabi:’Tanyakanlah kepada anakku untuk apakah aku menggunakan uangnya selain untuk membiayai kebutuhan bibinya dan diriku?. Nabi SAW bersabda:’ Cukup, semua sudah jelas bagiku.’ Kemudian Nabi bertanya kepada sang bapak:’ Kata-kata apakah yang selalu kau ucapkan didalam hati yang bahkan telingamupun tak dapat mendengarnya?
Sang bapak heran mendengar ini dan menjawab :’ Sesungguhnya ini adalah mukjizat bahwa engkau mengetahui hal ini. Memang saya selalu mengucapkan satu puisi didalam hati, sehingga bahkan telingakupun tidak dapat mendengarnya’.Nabi SAW memerintahkan untuk membacakan puisi itu. Terjemahan puisi itu seperti terdapat pada awal tulisan ini. Setelah mendengar puisi , Nabi Muhammad SAW bersabda kepada lelaki muda itu: ‘ Pergi…dan seluruh hartamu untuk bapakmu”.
Kisah ini sangat menyentuh bagiku. Tidak mustahil, bapakku juga menyimpan sesuatu didalam hatinya. Mungkin juga dia mempunyai kata-kata puitis tentang sikapku yang disimpannya rapat-rapat. Kini aku tak bisa lagi bersikap, berperilaku dan berkata manis kepadanya. Hanya do’a selalu kupanjatkan kehadirat Allah SWT karena dia telah pulang kekampung akhirat dan tidak akan pernah kembali lagi kedunia ini.
Berbahagialah orang-orang yang masih dapat bertemu langsung dengan Ibu dan Bapak karena masih terbuka peluang untuk bersikap dan berperilaku baik. Juga masih ada kesempatan untuk berkata manis kepada mereka. Sayang sekali bila peluang ini di sia-sia kan.
Pekanbaru, 2 Juni 2010

Tidak ada komentar: