Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Desember 09, 2010

Malu Berbuat Salah ( Pengajaran Dari Jepang )

“Kami malu melakukan kesalahan”: Itulah kalimat yang diucapkan seorang Jepang ketika saya tanyakan, mengapa masyarakat Jepang sangat disiplin. Kedisiplinan itu saya lihat dijalan raya kota Tokyo. Pejalan kaki tidak akan menyeberang sebelum lampu hijau menyala (lampu untuk menyebrang) . Begitu juga dengan pengendara kendaraan. Segera berhenti, apabila lampu merah. Tidak terdengar bunyi klakson mobil. Juga tidak terlihat adanya polisi. Namun, pengguna jalan sangat tertib.
Ketertiban itu, dapat dirasakan juga distasiun kereta api bawah tanah. Pada pagi dan sore hari, suasananya sangat ramai. Tetapi sangat lancar. Masing-masing berjalan pada posisinya. Tidak terlihat orang berhenti atau mengobdrol di lorong. Pengguna eskalator (tangga berjalan ) berdiri disebelah kiri. Tidak ada yang berdiri disebelah kanan. Sebab, sebelah kanan hanya untuk yang ingin lebih cepat. Untuk keluar dan masuk kereta, sudah ada posisi masing-masing. Tidak terjadi tambrakan dan dorong-dorongan. Semua itu berjalan tanpa ada yang mengatur. Tidak ada satpam ataupun petugas lainnya. Semua pengguna mengatur dirinya sendiri. Dan semua menjadi lancar.
Suatu hari, selesai makan siang disebuah rumah makan di Tokyo, saya pertanyakan hal itu kepada seseorang. Orang Jepang. Jawabannya cukup singkat. “Kami malu melakukan kesalahan”, katanya. Jawaban itu membuat saya merenung. Pola pikir itu sebenarnya dimiliki umat Islam.
Dari Imran bin Hushayn berkata, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

Malu tidak datang pada seseorang kecuali membawa kebaikan”. (HR. Bukhari). Keterangan, malu yang dimaksud ialah malu berbuat kejelekan dan bukan malu berbuat kebaikan.
“ Ada empat perkara yang menjadi tradisi para Rasul pilihan, yaitu malu, memakai parfum, nikah serta bersiwak. ( HR. Al Tirmidzi).
Kita sudah sangat familiar dengan kalimat Malu sebagian dari iman. Apabila menginginkan susana kehidupan yang nyaman, sepatutnya kita banyak belajar nilai-nilai Islami. Kemudian mengamalkannya. Melihat kenyataan, sepertinya kita perlu belajar dari orang Jepang. Paling tidak, belajar malu dijalan raya. Saya sudah mendapatkan pengajaran itu. Arigato gozaimasu…
Pekanbaru, 8 Desember 2010.

Tidak ada komentar: