Setan mempunyai dua target, yaitu memperbudak manusia dan mengkondisikan manusia untuk lupa kepada Allah. “ Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. ( QS. Al Mujadillah 58: 19)
Waswasah, tazyin, tamanni, a’dawah, takhwif dan shaddun merupakan strategi yang ditempuh setan untuk mewujudkan targetnya. Waswasah artinya membisikkan keraguan pada manusia agar tidak bersegera melakukan kebaikan/amal saleh. Saat terdengar kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbersit pikiran untuk menunda shalat: “ Nanti ah lima menit lagi”, bisik hati kita. Nah, hal seperti itulah yang disebut waswasah.
Contoh lain, ketika mau pergi ke kampus tiba-tiba kita berfikir “ Kayaknya dosennya nggak bakalan datang, dia kan lagi sibuk”, nah ini juga waswasah. Banyak sekali kejadian dalam keseharian kita yang pada dasarnya merupakan hasil intervensi setan dengan strategi waswasah-nya, sehingga kita tidak jadi melakukan suatu kebajikan.
Strategi selanjudnya yaitu tazyin, artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Mengapa orang pacaran suka lebih mesra daripada suami-isteri? Jalan-jalan saat pacaran lebih mengesankan ketimbang setelah menikah! Ini karena ada unsur tazyin. Pacaran itukan maksiat, sementara nikah itu ibadah. Nah, yang maksiat “disulap” oleh setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut tazyin.
Berikutnya tamanni, artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Saat merebahkan badan ditempat tidur, kita berniat untuk shalat tahajjud dipenghujung malam. Tapi sayang, saat beker berdering, cepat-cepat kita matiin. Tidurpun dilanjudkan, bahkan lebih nyenyak.
Bila hal itu terus berulang, yakinlah bahwa kita telah terperangkap strategi setan yang disebut tamanni. Tahajud hanyalah angan-angan. Contoh lain, kita begitu menyesal setelah melakukan perbuatan dosa, lantas berjanji tidak akan mengulanginya. Tapi kenyataannya kesalahan tersebut kita ulangi. Setan pun tertawa.
Selanjudnya, a’dawah artinya permusuhan. Setan berusaha menumbuhkan permusuhan diantara manusia. Setan menumbuhkan prasangka buruk diantara manusia agar manusia bermusuhan. Apabila yang dominan dalam diri kita itu prasangka buruk, perselisihan tidak akan bisa didamaikan.
Setanpun berusaha menakut-nakuti manusia (takhwif). Pernahkah kita merasa takut miskin karena menginfakkan sebagian harta? Takut tidak mendapatkan jodoh atau pekerjaan karena pakai jilbab? Itulah wujud dari takhwif, yang karenanya kita tidak mengamalkan ajaran-ajaran Nya.
Terakhir, setan menerapkan strategi shaddun, manghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah dengan menggunakan berbagai hambatan. Misalnya, malas shalat sunnah, padahal biasanya rajin, atau mengantuk ketika membaca Al Qur’an, padahal sudah cukup tidur.
Berbagai strategi tersebut dilaksanakan sungguh-sungguh , baik oleh setan dari jenis jin ataupun setan dari jenis manusia. ( Sumber : Tafsir Al Qur’an Kontemporer Juz Amma Jilid I, Aam Amiruddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar