Menurut
pandangan seorang yang tulus ikhlas, tugas yang diemban oleh seorang jenderal
sama dengan tugas yang dipikul seorang prajurit jika tugas-tugas itu masih
dalam bingkai mencari keridhaan Allah, mendakwahkan agama-Nya, dan membela
risalah-Nya. Dengan demikian, hatinya tidak mencintai popularitas, tidak ingin
menonjol diantara kawan-kawannya, tidak ingin menduduki jabatan, dan tidak
berambisi menguasai jabatan strategis kemiliteran, Justru, ia lebih suka
menjadi prajurit daripada jenderal.
Ia mengutamakan prajurit karena merasa khawatir dirinya tidak bisa maksimal menjalankan tugas-tugas kemiliteran. Jabatan prajurit yang didudukinya itu, bukan hasil meminta, melainkan sebagai kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tugas tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya sambil selalu memohon bantuan dan pertolongan Allah.
Ia mengutamakan prajurit karena merasa khawatir dirinya tidak bisa maksimal menjalankan tugas-tugas kemiliteran. Jabatan prajurit yang didudukinya itu, bukan hasil meminta, melainkan sebagai kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tugas tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya sambil selalu memohon bantuan dan pertolongan Allah.
Rasulullah saw
melukiskan tipe manusia seperti itu dengan sabdanya;” Beruntunglah seorang
hamba yang memegang tali kendali kudanya dijalan Allah sementara kepala dan
tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia
benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar
melaksanakannya.”
Semoga Allah
berkenan memberikan ridha-Nya kepada Khalid bin Walid. Ia dipecat oleh Umar bin
Khattab dari jabatan panglima perang-padahal ia seorang jenderal yang tangguh-lalu ditugaskan sebagai prajurit
dibawah komando Abu Ubaidah. Ia tidak kecewa dan sakit hati terhadap tindakan
Umar ini.
(Sumber: Ikhlas Sumber Kekuatan
Islam, Dr. Yusuf Qardhawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar