Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Desember 08, 2011

Tahu Balas Budi Dan Berterima Kasih


Barang siapa telah berbuat kebaikan kepada kalian, maka hendaklah kalian membalasnya, jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdo’a lah buatnya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab Alloh tuhan yang Maha Tahu berterima kasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur. ( HR Thabrani)
Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia.(HR. Ahmad)
Mari kita berupaya mengenang jasa orang tua kepada kita. Ketika baru saja beberapa hari kita menghuni rahim ibu, mulailah derita akibat kehadiran diri kita dirasakan mual, muntah, pusing, badan melemah, dan semakin besar tubuh kita semakin berat pula yang harus ditanggung, sembilan bulan kita menjadi beban berat berjalan, sulit untuk berdiri, tidurpun tidak nyaman.
 Sungguh bukan waktu yang singkat menanggung sengsara kehadiran kita diperutnya, dan ketika tiba saat kita akan keluar untuk hidup didunia ini, maka rasa sakit yang luar biasa melilit-lilit perut ibu, hampir-hampir tidak tertanggungkan, darah bertumpah, namun linangan air mata bahagialah yang menetes, seakan hapus derita yang luar biasa ketika melihat kita terlahir, padahal beliau tidak tahu apakah anak ini yang akan membahagiakannya atau ini yang akan durhaka menyengsarakan, mengiris hati dan mencabik-cabik perasaannya.
Kita sekarang dapat membaca Al Qur’an, lezat berzikir dan bermunajat, nikmat shalat maupun bertahajud, ringan bersedekah dan mensucikan harta dengan berzakat, kuat menahan diri dengan bershaum wajib maupun sunat, mengenal perbagai amalan yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh, hidup dapat terangkat martabatnya menjadi seorang muslim tidak sebagai musrikin, munafikin dan kafirin, mengenal dengan jelas makna hidup yang harus dijalani sehingga tidak menjadi makhluk dungu yang tidak mengerti arti hidup, dan yang paling tidak ternilai adalah hidup ini menjadi mantap dan tenteram karena telah mengenal serta memiliki kiyakinan kepada Alloh yang Mahaagung dan Mahaperkasa.
Pernahkah kita dengan sengaja dan sunguh-sungguh mengenang lewat siapa saja semua itu sampai kepada diri kita? Apakah kita tidak berasa berhutang budi kepada mereka semua? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk membalas kebaikan mereka semua?
Pernahkah kita berusaha mengingatnya dan mengenang jasa-jasa serta pengorbanannya untuk kita dengan sungguh-sungguh lalu berusaha  ingin  dapat menemuinya untuk berterima kasih (kalau masih ada dan memungkinkan untuk ditemui), atau berkirim kabar ucapan terima kasih serta do’a atau menjenguk keluarganya dengan berkirim apa yang sanggup kita kirimkan atau adakah upaya kita untuk membalas kebaikannya, yang tidak ternilai itu dengan kemampuan materi  atau tenaga atau apa saja bentuk balas budi yang bermanfaat yang dapat diberikan.
Atau setidaknya pernahkah kita berdo’a memohon dengan sungguh-sungguh dan tulus agar Alloh membalas segala kebaikannya, menyelamatkan keluarga dan keturunanya dunia maupun akhirat?
Andai kata tidak atau belum, maka kita semakin mengetahui jenis apa sesungguhnya kita ini, mungkin itulah sebabnya kita sering merasa susah mendapat dan memahami ilmu atau kalaupun telah memiliki ilmu tidak mudah mengamalkannya.
Barangsiapa yang tidak tahu berterima kasih atas yang sedikit maka ia tidak akan tahu berterima kasih atas yang banyak, dan barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia tidak bersyukur kepada Alloh. Memperbincangkan nikmat Alloh itu termasuk syukur dan tidak memperbincangkannya termasuk kufur. Jama’ah itu adalah rahmat dan bercerai berai itu adalah azab. (HR Abdullah bin Ahmad)
Menceritakan nikmat agar orang lain ingat dan berharap banyak kepada Alloh adalah suatu kebaikan, tapi waspadai bahaya riya. Banyaklah beristighfar atas segala nikmat yang ada jangan sampai membuat ujub, takabur dan riya.
Mudah-mudahan Alloh Azza wa Jalla, Dzat Maha Pembolak-balik hati hamba-hamba-Nya mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk bersungguh-sungguh berjuang untuk menjadi seorang hamba ahli syukur terhadap nikmat-nikmat yang dikaruniakan-Nya. Amin.
(Sumber : K.H Abdullah Gymnastiar, Syukur Pengundang Nikmat)

Tidak ada komentar: