Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Sabtu, Februari 18, 2012

Tuntunan Agar Memiliki Kecerdasan Islami


Kecerdasan memang sangat perlu dimiliki. Namun, jangan tersinggung dulu, jika ada yang mengatakan, bahwa kita belum cerdas. Juga tidak perlu marah, jika dikatakan bodoh. Sebab, mungkin saja kita memang masih belum cerdas atau masih bodoh. Kecerdasan itu ada kriterianya. Dengan memahami kriteria kecerdasan yang tepat, kita dapat melakukan introspeksi diri, apakah  kita sudah layak dikatakan cerdas. Dengan memahami kriteria cerdas yang tepat, usaha untuk menjadi cerdas itu, melalui jalan yang tepat pula.
Suara Hidayatullah edisi Juli 2011, telah membahas topik kecerdasan ini secara luas. Saya kutip sebahagian kecil nya saja.
...Al Qur’an dan Sunnah telah mengenalkan kepada kita nilai kecerdasan yang sejati, yakni kecerdasan berdasarkan fitrah.

Al Qur’an telah memuat profil tokoh pendidik yang luar biasa. Ia bukanlah seorang nabi dan rasul, tetapi namanya diabadikan menjadi sebuah nama surat dalam Al Qur’an, bahkan petuahnya dinukil didalam Al Qur’an.
Ia adalah Luqman al-Hakim. Ia berkata kepada anaknya tentang kecerdasan, sebagaimana dinukil dari buku berjudul Pesan-pesan Bijak Lukman al-Hakim karya Majdi Asy Syahari. Beginilah katanya :
“Wahai anakku, orang yang cerdas, pandai dan bahagia pasti mencintai sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia bersikap hemat dalam keadaan kaya dan menjaga kehormatan diri disaat fakir. Harta tidak akan melalaikannya  dari Allah. Kemiskinan juga tidak mungkin menyibukkannya dari mengingat Allah”.
“ Wahai anakku, orang cerdas itu akan bisa mengambil manfaat dari kesabarannya. Ia selalu mendengarkan siapa saja yang menasehatinya. Ia tidak memusuhi orang yang lebih tinggi derajatnya dan tidak pula melecehkan orang yang lebih rendah derajatnya”.
“ Ia tidak menuntut apa yang bukan miliknya dan tidak menyia-nyiakan apa yang ia miliki. Ia tidak mengucapkan apa yang tidak diketahuinya dan tidak menyembunyikan ilmu yang ada padanya”.
“Wahai anakku, orang yang cerdas itu merasa puas dengan hak yang dimilikinya dan tidak pernah merugikan hak-hak orang lain. Orang lain tidak merasa terusik olehnya dan dia pun tidak merasa terbebani oleh orang lain”.
“Wahai anakku, orang yang cerdas itu mau menerima nasehat dari orang yang menasehatinya. Ia bergegas dalam hal kebajikan dan lamban dalam hal keburukan. Ia kuat dalam berbuat baik dan lemah dalam kemaksiatan. Ia memiliki sedikit pengetahuan tentang nafsu syahwat”.
“ Ia mengetahui cara mendekatkan diri kepada Allah. Ia meyakinkan pada saat bersaksi, bersikap adil disaat memutuskan, benar jika berkata, jujur jika diberi kepercayaan, dan pemaaf jika dizalimi”.
“Wahai anakku, orang yang cerdas itu tetap berbuat baik disaat orang berbuat jahat kepadanya. Ia menggunakan hartanya untuk kebaikan dan tidak menafkahkan harta yang bukan miliknya”.
“ Di dunia, ia ibarat perantau. Tujuannya adalah kehidupan kelak. Ia selalu mengajak pada kebaikan  dan mengajarkannya. Ia mencegah kejahatan dan menjauhinya. Batinnya sesuai dengan lahirnya. Ucapannya selaras dengan perbuatannya”.
Nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya tentang kecerdasan itu bisa diringkas menjadi sebuah definisi tentang orang yang cerdas, yakni orang yang memiliki sifat kasih sayang, efisien, efektif (berdaya guna/bermanfaat), menjaga kehormatan, konsisten sabar, empati (peduli), jujur, apresiatif, berilmu pengetahuan, berketerampilan, adil benar, komitmen, proaktif, tangguh, amanah, visioner dan menjadi pelopor kebaikan.
Definisi kecerdasan yang dikemukakan oleh Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam merupakan definisi yang paling akurat, paling benar dan paling komprehensif. Dalam sebuah hadis beliau bersabda tentang kecerdasan:” Orang yang cerdas adalah orang yang menguasai dirinya dan berbuat untuk keselamatan sesudah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharapkan kepada Allah harapan-harapan kosong.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Umar).

Tidak ada komentar: