Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjaan. ( QS. Al Hasyr 59:
18)
Ketika akan melakukan perjalanan jauh, saya selalu melakukan
persiapan maksimal. Artinya, kendaraan dibawa ke bengkel untuk di servis. Ban
cadangan disiapkan. Kunci-kunci, termasuk dongkrak disusun didalam mobil agar
mudah diambil jika nanti diperlukan. Pokoknya, semua peralatan yang berhubungan
dengan kendaraan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Karena belum memiliki
peralatan GPS, saya selalu membawa peta berukuran besar. Semua itu dilakukan
untuk mengantisipasi kemungkinan hal-hal diluar perkiraan nanti diperjalanan.
Persiapan lainnya adalah makanan dan minuman. Selalu membawa
minuman yang cukup. Begitu juga makanan ringan seperti mi instan, roti dan
cemilan. Walaupun kemungkinan untuk membeli diperjalanan ada, namun persipan
tetap dianggap penting.
Pakaian dan perlengkapan mandi, juga selalu menjadi
perhatian. Pakaian itu terdiri dari pakaian untuk diperjalanan dan setelah tiba
ditujuan. Termasuk juga perlengkapan shalat diperjalanan.
Kelihatannya, persiapan itu merupakan beban. Namun, bagi saya
berkemas-kemas untuk perjalanan itu sudah merupakan rekreasi. Jadi, sebelum
keberangkatanpun saya sudah menikmati rekreasi. Cukup menyenangkan.
Mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan beberapa hari
saja, sudah banyak yang harus dilakukan agar perjalanan itu memberikan
kenyamanan. Juga, agar tidak banyak masalah ketika melakukan perjalanan.
Semua persiapan itu hanyalah langkah berjaga-jaga. Bagaimana
hasilnya, diserahkan sepenuhnya kepada yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, keberangkatan
selalu diawali dengan do’a. Begitu juga dalam perjalanan, kewajiban melaksanan
ibadah, tetap diperhatikan.
Beberapa kali melakukan perjalanan jauh, menempuh jarak
ribuan kilo meter, melintas sebagian Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, berkat
pertolongan Allah SWT, belum pernah mengalami hambatan yang sampai mengganggu
perjalanan.
Bagaimana perjalanan nanti di akhirat?
Secerdas-cerdas manusia
adalah yang terbanyak mengingat kematian serta yang terbanyak persiapan
menghadapinya, ( HR. Ibnu Majah).
Perjalanan itu memakan waktu sangat lama. Tentu perlu bekal
yang juga sangat banyak dan lebih kompleks.
Wahai hamba-hamba Ku,
sempatkanlah beribadah kepada Ku, nanti Aku penuhi hatimu dengan kekayaan serta
kecukupan dan tanganmu dengan rezeki. Janganlah menjauhkan diri dari Ku, nanti
aku penuhi hatimu dengan kemiskinan dan tanganmu akan syarat dengan kesibukan.
( HR. Tirmidzi)
Persiapan dalam melakukan perjalanan akhirat itu sangat perlu
dilandasi keimanan dan ketaqwanan. Setiap hari, bahkan setiap saat kita
dituntut untuk melakukan persiapan. Sebab, kematian sebagai pintu menuju
akhirat akan datang kapan saja.
Banyak hal yang perlu dikemas. Niat harus diluruskan
semata-mata hanya karena Allah SWT dan untuk mencari keridhaan-Nya. Tinggalkan
segera semua hal yang bernuansa syirik, sekecil apapun. Pelaksanaan ibadah
harus dikemas sehingga benar-benar sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hindari ritual-ritual yang tidak
ada dalilnya didalam Al Qur’an dan sunnah. Pakaian dikemas agar menutup aurat
dan selalu bersih. Makanan dan minuman dikemas agar terhindar dari yang haram.
Hubungan sesama manusia dikemas agar tidak menzalimi atau mengganggu orang
lain. Harta perlu dikemas, keluarkan zakat, perbanyak sedekah. Berqurban setiap
tahun bagi yang mampu. Hindari harta haram. Keluarga dikemas agar terhindar
dari api neraka.
Jika beribadah dianggap beban, tentu akan dirasakan berat.
Harus melakukannya terus menerus. Agar beribadah tidak terasa berat, perlu di
upayakan adanya kenyamanan dalam melaksnakannya. Salah satu motivasi agar
beribadah tidak terasa sebagai beban, anggaplah semuanya sebagai kegiatan
berkemas-kemas menghadapi perjalanan panjang. Berkemas-kemas yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
Perjalanan panjang itu belum dimulai. Jadi, mumpung masih ada
waktu, lakukanlah persiapan sebaik-baiknya. Menjadikan hari-hari sebagai
persiapan untuk menghadapi perjalanan panjang di akhirat, dapat merupakan
sebuah keindahan tersendiri. Keindahan itu hanya dapat dirasakan didalam hati
dan pikiran.
Persiapan-persiapan itu memerluan acuan. Jika dilakukan tanpa
acuan yang benar, bisa jadi akan sia-sia dan buang-buang energi. Acuan yang
benar itu adalah Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Karenanya, ilmu itu sangat penting. Kemajuan teknologi dan transportasi
memberi kemudahan bagi penuntut ilmu. Perlu disadari, bahwa menuntut ilmu itu
juga termasuk bekal penting untuk perjalanan panjang di akhirat.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar