Harta merupakan salah satu materi ujian kehidupan. Betapa
banyak orang yang terjerumus pada cara-cara yang haram untuk bisa mendapatkan
harta sebanyak-banyaknya. Dan tidak sedikit orang yang bergelimang harta,
kemudian harta tersebut membawanya pada kehidupan penuh maksiat. Supaya tidak
terperdaya harta, maka kita perlu memahami karakternya, yaitu :
1.
Harta
sebagai titipan atau amanah Allah.
Kita harus menyadari bahwa apa yang
ada pada genggaman kita adalah milik Allah yang dititipkan dan harus dipertanggung-jawabkan
dihadapan-Nya.
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang dilangit dan yang dibumi, dan sungguh
Kami telah memerintahkan kepada yang diberi kitab sebelum kamu dan juga kepada
kamu; bertaqwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka ketahuilah,
sesungguhnya apa yang dilangit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang dilangit dan dibumi.
Cukuplah Allah sebagai pemelihara”. (QS. An Nisa 4: 131-132).
Harta yang dimiliki belum tentu
merupakan rezeki, karena rezeki yang sebenarnya adalah makanan yang dimakan,
pakaian yang dipakai hingga lapuk, dan harta yang disedekahkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Bermegah-megah telah
melalaikan kamu. Pada hari kiamat ada manusia yang berseru, mana hartaku! Mana
hartaku!. Padahal kamu tidak memiliki harta kecuali apa yang telah kamu makan,
apa yang telah kamu pakai, dan apa yang telah kamu sedekahkan”. (HR. Muslim)
2.
Harta
sebagai ujian kehidupan.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik
perbuatannya”. (QS. Al Kahfi 18: 7)
Islam tidak melarang kita untuk
berburu harta, selama harta tersebut tidak melalaikan kita. Bahkan Islam
memerintahkan kita untuk rajin berzakat dan berinfak. Ini isyarat bahwa kita
diperintahkan untuk pandai mencari harta, sebab bagaimana mungkin kita bisa
berzakat, bersedekah, dan berinfak kalau kita tidak mempunyai harta. Namun sayang
dalam realitasnya, tidak sedikit manusia yang menghalalkan segala cara demi
harta. Ibadahpun terlalaikan, bahkan persahabatan dan persaudaraanpun retak
gara-gara harta. Nah, inilah yang dilarang Islam. Hati-hati, harta itu ujian.
Jangan sampai harta melalaikan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
“Bermegah-megah telah melalaikan mu, sampai kamu masuk kedalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu
mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat
neraka jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul
yaqin,kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan yang
kamu megah-megahkan didunia itu.” (QS. At-Takatsur 102: 1-8)
3.
Harta
sebagai perhiasan dunia.
Mencintai harta adalah bagian dari
fitrah manusia karena harta merupakan perhiasan dunia. Hal yang terindah adalah
apabila kita mampu menjadikan perhiasan dunia
sebagai sarana taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawha ladang. Itulah
kesenangan hidup didunia; dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (Q. Ali Imran 3: 14)
Kita dianjurkan untuk menggunakah
harta secara proporsional, yakni tidak pelit namun juga tidak boros alias
bersikap pertengahan.
“... Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya”. (QS. Al Isra 17: 26-27)
“ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir dan adalah pembelanjaan itu
ditengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al Furqan 25: 67)
(Sumber: Aam Amiruddin,
Tafsir Al Qur’an Kontemporer, Juz Amma Jilid II)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar