Dari Abu Hurairah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “ Siapa saja yang
iman pada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia menyakiti hati
tetangganya. Siapa saja yang iman pada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Dan siapa saja yang iman pada Allah dan hari kemudian,
hendaklah ia berkata-kata yang baik. Atau bila tak bisa, supaya ia diam.” (
HR.Mutattafaq’alaih)
Sesuai dengan tuntutan kehidupan, kita membutuhkan tempat
tinggal. Semakin tidak mudah untuk memilih tempat tinggal sesuai dengan
keinginan. Apalagi dengan kemampuan ekonomi yang terbatas. Tempat tinggal lebih
banyak ditentukan oleh kemampuan finansial.
Kondisi ini, menyebabkan
banyak diantara kita harus tinggal dalam
sebuah lingkungan yang kurang sesuai dengan keinginan. Boleh jadi juga,
kita harus bertempat tinggal di lingkungan yang jauh dari kenyamanan.
Ketika menghadapi persoalan ketidak nyamanan dalam
bertetangga, kita membutuhkan motivasi yang kuat untuk terus berusaha
mengamalkan seruan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehubungan dengan itu, ada baiknya kita
belajar dari pengalaman orang-orang terdahulu. Orang-orang yang memiliki
pegangan kuat dalam menjalani kehidupan. Salah satu kisah dari orang-orang terdahulu
itu adalah tentang Imam Hasan Al Bashri. Kisah ini saya kutip dari Uswah,
Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jawa Barat.
Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi’in terkemuka
di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama berjiwa besar dan
mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan
dicintai oleh rakyat kecil.
Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangga
ini memiliki kamar kecil untuk diloteng diatas rumahnya. Atap rumah keduanya
bersambung menjadi satu. Air dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan
menetes kedalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak
mempermasalahkan hal itu sama sekali.
Beliau menyuruh isterinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing
itu agar tidak mengalir kemana-mana. Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung
dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada
tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah saw :” Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah
tetangganya.”
Suatu hari, Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang
nasrani itu datang kerumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes
dari atas didalam kamar sang Imam. Ia
melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air
tersebut berasal dari atap rumah. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air
itu merembes dari kamar kecil yang ia buat diatas loteng rumahnya. Dan yang
membuatnya bertambah heran kenapa Imam
Hasan Al Bashri tidak bilang padanya. ‘Imam, sejak kapan engkau bersabar atas
tetesan air kencing kami ini?, tanya sitetangga. Imam Hasan diam tidak
menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun,
tetangganya terus bertanya:” Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan engkau
bersabar atas tetesan air kencing kami? Jika tidak engkau katakan, maka kami
akan sangat tidak enak”, desak tetangganya. “ Sejak dua puluh tahun yang lalu”,
jawab Imam Hasal Al Bashri dengan suara parau.” Kenapa kau tidak memberi
tahuku? Nabi mengajarkan untuk
memuliakan tetangga, Beliau bersabda :”
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya”.
Si tetangga tersebut tertegun karena kagum akan keagungan nilai Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar