Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, April 22, 2012

Sikap Terhadap Tetangga

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “ Siapa saja yang iman pada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia menyakiti hati tetangganya. Siapa saja yang iman pada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan siapa saja yang iman pada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata-kata yang baik. Atau bila tak bisa, supaya ia diam.” ( HR.Mutattafaq’alaih)
Sesuai dengan tuntutan kehidupan, kita membutuhkan tempat tinggal. Semakin tidak mudah untuk memilih tempat tinggal sesuai dengan keinginan. Apalagi dengan kemampuan ekonomi yang terbatas. Tempat tinggal lebih banyak ditentukan oleh kemampuan finansial.

Kondisi ini, menyebabkan  banyak diantara kita harus tinggal dalam  sebuah lingkungan yang kurang sesuai dengan keinginan. Boleh jadi juga, kita harus bertempat tinggal di lingkungan yang jauh dari kenyamanan.
Ketika menghadapi persoalan ketidak nyamanan dalam bertetangga, kita membutuhkan motivasi yang kuat untuk terus berusaha mengamalkan seruan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Sehubungan dengan itu, ada baiknya kita belajar dari pengalaman orang-orang terdahulu. Orang-orang yang memiliki pegangan kuat dalam menjalani kehidupan.  Salah satu kisah dari orang-orang terdahulu itu adalah tentang Imam Hasan Al Bashri. Kisah ini saya kutip dari Uswah, Bulletin Dakwah & Informasi Pusdai Jawa Barat.
Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi’in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.
Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangga ini memiliki kamar kecil untuk diloteng diatas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes kedalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan  hal itu sama sekali. Beliau menyuruh isterinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir kemana-mana. Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan  sabda Rasulullah saw :” Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya.”
Suatu hari, Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang kerumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas didalam kamar sang Imam.  Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air tersebut berasal dari atap rumah. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air itu merembes dari kamar kecil yang ia buat diatas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran  kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya. ‘Imam, sejak kapan engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini?, tanya sitetangga. Imam Hasan diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun, tetangganya terus bertanya:” Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan engkau bersabar atas tetesan air kencing kami? Jika tidak engkau katakan, maka kami akan sangat tidak enak”, desak tetangganya. “ Sejak dua puluh tahun yang lalu”, jawab Imam Hasal Al Bashri dengan suara parau.” Kenapa kau tidak memberi tahuku?  Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, Beliau bersabda :” Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya”. Si tetangga tersebut tertegun karena kagum akan keagungan nilai Islam.


Tidak ada komentar: