Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Mei 17, 2012

Bukti Cinta Kepada Allah

Dimana-mana yang namanya mencintai sesuatu butuh pembuktian. Sebab, ia bukanlah lipstik yang hanya menjadi penghias bibir merah saja. Dalam konteks keluarga, seorang ibu rela bersusah payah membesarkan anaknya semata demi kecintaannya kepada belahan jiwanya. Seorang anak saleh juga siap berkorban apa saja demi kecintaan kepada orang tuanya yang telah merawatnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya.
Bukti nyata mencintai Allah adalah dengan mencintai Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran yang dibawanya. Kewajiban mencintai Allah sama kedudukannya dengan mencintai rasul-Nya. Tak dikatakan mencintai Allah sekiranya ia enggan mencintai Nabi, orang yang paling dikasihi-Nya.
Oleh karena itu, ujian pertama pengakuan cinta hamba kepada Allah bisa diukur dari ketaatannya kepada Nabi-Nya. Sebab, sejatinya perintah Allah adalah perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana semua larangan Allah telah tertuang dalam hal-hal yang dilarang oleh Nabi.
Layaknya orang yang bercinta, maka seorang muslim dituntut untuk selalu dekat dengan Zat yang ia cintai. Ia akan selalu merasa tenang dan damai dengan kedekatan dan keintimannya. Sebaliknya, orang itu dijamin gelisah jika ada jarak yang perlahan memisahkan mereka berdua.

Berkata Sahl bin Abdullah, tanda cinta kepada Allah  yaitu mencintai al-Qur’an, tanda cinta kepada al-Qur’an adalah dengan mencintai Nabi. Sedang alamat cinta kepada Nabi dengan menghidupkan sunnah. Tanda cinta kepada Allah, al-Qur’an, Nabi dan sunnah yaitu mencintai akhirat. Selanjutnya, tanda orang itu mencintai akhirat dengan mencintai dirinya sendiri dan hal itu bisa terlihat ketika ia “membenci” dunia dengan hanya mengambil sedikit darinya sebatas perbekalan dalam menempuh perjalanan kembali kekampung akhirat. (Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an).
Cinta yang jujur kepada Allah dengan sendirinya mengantar seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Semakin ia mendekat kepada Rabb-nya, semakin ia rasakan limpahan karunia yang diberikan atas dirinya. Hal inilah yang tak jarang manusia luput darinya. Ia hanya mampu memaknai kenikmatan yang diberikan dalam bentuk materi dan fisik saja. Lalu lupa akan nikmat terbesar yang Allah berikan sebagai bentuk kecintaan Allah pada hamba-Nya.
Padahal, justru Allah mencintai kaum Muslimin dengan senantiasa menaungi karunia dan ampunan kepada mereka. Suatu hal yang tidak diberikan kecuali kepada orang beriman saja.
Alhasil, dengan mencintai Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berupaya maksimal melaksanakan syariat Islam menjadikan seorang Muslim  berpeluang meraih janji yang ditawarkan oleh Allah Ta’ala. Mendapatkan kecintaan Allah serta adanya garansi ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang ia perbuat sebelumnya.
(Sumber: Suara Hidayatullah, Nopember 2011)




Tidak ada komentar: