Dimana-mana yang namanya mencintai sesuatu butuh pembuktian.
Sebab, ia bukanlah lipstik yang hanya menjadi penghias bibir merah saja. Dalam
konteks keluarga, seorang ibu rela bersusah payah membesarkan anaknya semata
demi kecintaannya kepada belahan jiwanya. Seorang anak saleh juga siap
berkorban apa saja demi kecintaan kepada orang tuanya yang telah merawatnya
sejak ia masih dalam kandungan ibunya.
Bukti nyata mencintai Allah adalah dengan mencintai
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran yang dibawanya. Kewajiban
mencintai Allah sama kedudukannya dengan mencintai rasul-Nya. Tak dikatakan
mencintai Allah sekiranya ia enggan mencintai Nabi, orang yang paling
dikasihi-Nya.
Oleh karena itu, ujian pertama pengakuan cinta hamba kepada
Allah bisa diukur dari ketaatannya kepada Nabi-Nya. Sebab, sejatinya perintah
Allah adalah perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
semua larangan Allah telah tertuang dalam hal-hal yang dilarang oleh Nabi.
Layaknya orang yang bercinta, maka seorang muslim dituntut
untuk selalu dekat dengan Zat yang ia cintai. Ia akan selalu merasa tenang dan
damai dengan kedekatan dan keintimannya. Sebaliknya, orang itu dijamin gelisah
jika ada jarak yang perlahan memisahkan mereka berdua.
Berkata Sahl bin Abdullah, tanda cinta kepada Allah yaitu mencintai al-Qur’an, tanda cinta kepada
al-Qur’an adalah dengan mencintai Nabi. Sedang alamat cinta kepada Nabi dengan
menghidupkan sunnah. Tanda cinta kepada Allah, al-Qur’an, Nabi dan sunnah yaitu
mencintai akhirat. Selanjutnya, tanda orang itu mencintai akhirat dengan
mencintai dirinya sendiri dan hal itu bisa terlihat ketika ia “membenci” dunia
dengan hanya mengambil sedikit darinya sebatas perbekalan dalam menempuh
perjalanan kembali kekampung akhirat. (Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li
Ahkam al-Qur’an).
Cinta yang jujur kepada Allah dengan sendirinya mengantar
seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Semakin ia mendekat
kepada Rabb-nya, semakin ia rasakan limpahan karunia yang diberikan atas
dirinya. Hal inilah yang tak jarang manusia luput darinya. Ia hanya mampu
memaknai kenikmatan yang diberikan dalam bentuk materi dan fisik saja. Lalu
lupa akan nikmat terbesar yang Allah berikan sebagai bentuk kecintaan Allah
pada hamba-Nya.
Padahal, justru Allah mencintai kaum Muslimin dengan
senantiasa menaungi karunia dan ampunan kepada mereka. Suatu hal yang tidak
diberikan kecuali kepada orang beriman saja.
Alhasil, dengan mencintai Allah dan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam serta berupaya maksimal melaksanakan syariat Islam menjadikan
seorang Muslim berpeluang meraih janji
yang ditawarkan oleh Allah Ta’ala. Mendapatkan kecintaan Allah serta adanya
garansi ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang ia perbuat sebelumnya.
(Sumber: Suara Hidayatullah, Nopember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar