Dalam perjalanan kehidupan ini, tentu saja kita pernah
mengalami musibah. Mungkin juga sedang mengalaminya. Musibah itu
bermacam-macam. Bisa jadi merupakan bencana alam atau perbuatan orang lain. Sebagai
seorang muslim yang meyakini akan adanya kekuasaan Allah SWT, kita patut
mensikapi musibah dengan cerdas.
Kecerdasan itu akan didapatkan dengan terus mempelajari Al Qur’an dan sunnah.
Dari Ibnu Abbas ra. : Suatu
hari aku berada dibelakang Nabi SAW.
Lalu beliau bersabda : Wahai anak muda! Sesungguhnya aku hendak mengajarkan
padamu beberapa kalimat yaitu Jagalah Allah pasti Dia akan menjaga dirimu,
Peliharalah Allah tentu engkau dapati
Dia akan memuliakan dirimu. Kalau engkau hendak meminta sesuatu,
mohonlah kepada Allah. Bila engkau mengharapkan pertolongan, mohonlah
pertolongan kepada Allah juga. Ketahuilah, bahwa meski bagaimanapun sekelompok
orang bersepakat untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka pasti takkan
dapat melakukannya kecuali bila sesuatu manfaat itu memang benar-benar telah
ditetapkan oleh Allah bagimu. Sebaliknya, jika mereka bersepakat buat
menimpakan suatu musibah/bahaya pada
dirimu, mereka tentu takkan kuasa hendak melaksanakannya kecuali bila suatu
musibah tersebut sungguh-sungguh sudah
dicatat oleh Allah atas dirimu. Tangkai pena telah menuliskannya dan
lembaran catatanpun keringlah sudah. ( HR. At Tirmidzi)
Ada sebuah kisah yang patut menjadi bahan renungan ketika
menghadapi suatu musibah.
Pada suatu ketika Qais bin Ashim sedang duduk dirumahnya,
kemudian datanglah pelayan, seorang hamba sahaya perempuan dan membawa sebuah
bejana dari besi yang disitu ada daging panggangnya. Tiba-tiba bejana itu tanpa
disengaja jatuh dan mengenai puterinya yang masih kecil dan seketika itu pula
ia meninggal dunia. Pelayan itu ketakutan sangat, tetapi Qais berkata :” Jangan
engkau takut, engkau kini saya nyatakan sebagai seorang merdeka dan saya
merdekakan untuk mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala”. (Ihya Ulumuddin, Imam
Alghazali-Bimbingan untuk mencapai tingkat mu’min).
Banyak yang dapat diambil hikmahnya dari kisah tersebut.
Ihklas menerima kenyataan, bahwa kematian adalah ketentuan Allah SWT. Cara
datangnya kematian itu bermacam-macam, antara lain sakit dan kecelakaan.
Ketahuilah, seandainya
seluruh makhluk berkumpul untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan
mampu memberikannya kepadamu kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan Allah
bagimu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan kepadamu suatu bahaya,
maka mereka tidak akan mampu menimpakannya atasmu kecuali apa yang telah
ditetapkan Allah (HR. Tirmidzi)
Boleh jadi, kelalaian ataupun perbuatan orang lain
menimbulkan musibah kepada kita. Namun, marah tidak akan menyelesaikan masalah.
Orang yang kuat itu
bukanlah orang yang kuat bergulat. Tetapi orang yang sungguh kuat adalah orang
yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah. (HR. Bukhari- Muslim)
Qais bin Ashim memilih
mengharapkan ridha Allah SWT dengan memerdekakan seorang hamba sahaya. Padahal,
kelalaian pelayan tersebut berujung kepada kematian putrinya. Sebuah sikap dan
perilaku terpuji yang patut juga kita miliki sepanjang kehidupan ini.
( Pekanbaru, April 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar