Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Mei 06, 2012

Cara Cerdas Menghadapi Musibah

Dalam perjalanan kehidupan ini, tentu saja kita pernah mengalami musibah. Mungkin juga sedang mengalaminya. Musibah itu bermacam-macam. Bisa jadi merupakan bencana alam atau perbuatan orang lain. Sebagai seorang muslim yang meyakini akan adanya kekuasaan Allah SWT, kita patut mensikapi  musibah dengan cerdas. Kecerdasan itu akan didapatkan dengan terus mempelajari Al Qur’an dan sunnah.
Dari Ibnu Abbas ra. : Suatu hari aku berada  dibelakang Nabi SAW. Lalu beliau bersabda : Wahai anak muda! Sesungguhnya aku hendak mengajarkan padamu beberapa kalimat yaitu Jagalah Allah pasti Dia akan menjaga dirimu, Peliharalah Allah tentu engkau dapati  Dia akan memuliakan dirimu. Kalau engkau hendak meminta sesuatu, mohonlah kepada Allah. Bila engkau mengharapkan pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah juga. Ketahuilah, bahwa meski bagaimanapun sekelompok orang bersepakat untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka pasti takkan dapat melakukannya kecuali bila sesuatu manfaat itu memang benar-benar telah ditetapkan oleh Allah bagimu. Sebaliknya, jika mereka bersepakat buat menimpakan suatu musibah/bahaya  pada dirimu, mereka tentu takkan kuasa hendak melaksanakannya kecuali bila suatu musibah tersebut sungguh-sungguh sudah  dicatat oleh Allah atas dirimu. Tangkai pena telah menuliskannya dan lembaran catatanpun keringlah sudah. ( HR. At Tirmidzi)

Ada sebuah kisah yang patut menjadi bahan renungan ketika menghadapi suatu musibah.
Pada suatu ketika Qais bin Ashim sedang duduk dirumahnya, kemudian datanglah pelayan, seorang hamba sahaya perempuan dan membawa sebuah bejana dari besi yang disitu ada daging panggangnya. Tiba-tiba bejana itu tanpa disengaja jatuh dan mengenai puterinya yang masih kecil dan seketika itu pula ia meninggal dunia. Pelayan itu ketakutan sangat, tetapi Qais berkata :” Jangan engkau takut, engkau kini saya nyatakan sebagai seorang merdeka dan saya merdekakan untuk mengharapkan keridhaan Allah Ta’ala”. (Ihya Ulumuddin, Imam Alghazali-Bimbingan untuk mencapai tingkat mu’min).
Banyak yang dapat diambil hikmahnya dari kisah tersebut. Ihklas menerima kenyataan, bahwa kematian adalah ketentuan Allah SWT. Cara datangnya kematian itu bermacam-macam, antara lain sakit dan kecelakaan.
Ketahuilah, seandainya seluruh makhluk berkumpul untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan mampu memberikannya kepadamu kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka mereka tidak akan mampu menimpakannya atasmu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah (HR. Tirmidzi)
Boleh jadi, kelalaian ataupun perbuatan orang lain menimbulkan musibah kepada kita. Namun, marah tidak akan menyelesaikan masalah.
Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat bergulat. Tetapi orang yang sungguh kuat adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya ketika marah. (HR. Bukhari- Muslim)
Qais bin Ashim  memilih mengharapkan ridha Allah SWT dengan memerdekakan seorang hamba sahaya. Padahal, kelalaian pelayan tersebut berujung kepada kematian putrinya. Sebuah sikap dan perilaku terpuji yang patut juga kita miliki sepanjang kehidupan ini. 
( Pekanbaru, April 2011)

Tidak ada komentar: