Pernahkah anda mengalami ketika orang lain sukses, kita
merasa tersiksa? Boleh jadi hal itu merupakan pertanda, bahwa penyakit dengki
ada di dalam diri kita. Berusahalah terus agar
tidak memperturutkannya. Sebab, kemungkinan hal itu terjadi selalu ada. Jika
“rasa” tersiksa itu datang, berusahalah mengatasinya. Jalan keluar terbaik
adalah mengikuti tuntunan yang telah diberikan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Jauhkan dirimu dari
dengki. Karena dengki itu memakan segala kebajikan sebagaimana api memakan
kayu. (HR. Abu Daud)
Janganlah kamu
berdengki-dengkian, janganlah kamu putus-memutuskan hubungan, janganlah kamu
berjauhan hati, janganlah kamu saling membenci, tapi hendaklah kamu semua,
wahai hamba Allah hidup bersaudara. (HR. Bukhari-Muslim-Ahmad)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita
bersikap hasad (dengki). Berarti kita tidak patut memelihara sifat tersebut.
Menurut KH. Abdullah Gymnastiar (Mengatasi Penyakit Hati),
satu ciri orang dengki adalah “ Senang melihat orang lain susah dan susah
melihat orang lain senang. Jadi, sangatlah gampang jika kita ingin mendeteksi
apakah penyakit ada pada diri kita. Apakah kita merasa senang melihat orang
lain susah dan susah melihat orang lain senang? Berapa banyak kebahagiaan kita
melihat orang lain susah dan berapa banyak penderitaan kita melihat orang lain
senang?
Rasa dengki yang sifatnya hanya berupa lintasan hati saja,
itu adalah sesuatu yang normal, karena kita sebagai manusia mengandung unsur
hawa nafsu. Tapi, jika kedengkian itu diperturutkan, maka akan menimbulkan
masalah baru yang akan menyusahkan diri kita sendiri.
Ciri lainnya adalah adanya keengganan dari seorang pendengki
untuk melihat atau bertemu dengan orang yang didengkinya. Seorang pendengki
tidak akan mau mendengar suaranya. Kalau kita merasa dengki terhadap seseorang,
maka kita tidak ingin berdekatan dengannya.
Raut muka pendengki lebih banyak masam daripada manisnya.
Tutur kata pendengki lebih banyak menghina, mencela, dan menjatuhkan. Kalau dia
mendengar seseorang mendapat pujian dari orang lain, maka dia akan menimpali
bahwa apa yang dipujikan padanya belumlah seberapa. Dia akan berusaha
menutup-nutupi kebaikan orang yang didengkinya dihadapan semua orang karena dia
tidak tahan mendengar orang lain mendapat pujian sedangkan dia sendiri tidak. Dia selalu
melakukan upaya-upaya gigih agar orang lain nampak jelek dimata orang banyak.
(Pekanbaru, Juni 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar