Iman, secara bahasa bermakna “membenarkan”. Maksudnya,
membenarkan hal yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yang pokok-pokoknya tersistematisasikan dalam rukun iman.
Iman sifatnya abstrak, dimensinya batiniah alias tidak
terlihat. Karenanya, yang paling tahu apakah iman seseorang itu kuat atau lemah
hanyalah Allah SWT. Dzat yang Maha Mengetahui masalah gaib.
Walaupun iman itu abstrak, namun Allah SWT menyebutkan
sejumlah ciri orang-orang yang imannya benar. Firman-Nya : “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan pada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya serta ampunan dan nikmat yang
mulia”. (Q.S Al Anfal 8: 2-4)
Iman itu bersifat fluktuatif, artinya kadang meningkat dan
kadang menurun. Dalam suatu riwayat, disebutkan
bahwa Al immanu yaziidu wa
yanqushu (iman itu dapat bertambah dan bisa juga berkurang). Oleh sebab itu,
kita wajib merawat iman agar tetap prima supaya tidak terjerumus menjadi
orang-orang yang merugi.
(Sumber : Aam Amiruddin, Tafsir Al Qur’an
Kontemporer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar