Ketika menafsirkan ayat “Yaitu
Mereka beriman kepada yang gaib...” (QS. Al-Baqarah 2: 3), Ibnu Katsir
menjelaskan, bahwa iman ialah membenarkan dengan ucapan, perbuatan dan
keyakinan, akan bertambah dengan ketaatan dan akan berkurang dengan maksiat.
Keimanan yang memiliki sifat seperti itu akan melahirkan rasa takut kepada
Allah Ta’ala. Maka seorang mukmin yang memiliki rasa takut kepada Allah tidak
akan melakukan suatu perbuatan, meyakini suatu kepercayaan, atau mengatakan
suatu ucapan yang menyalahi perintah Allah.
Beriman kepada yang gaib berarti kamu meyakini sesuatu yang
tidak kamu lihat. Keimananmu itu berarti membenarkan, bahkan sangat membenarkan
apa yang menyampaikannya kepadamu. Menurut pengertian syara’, iman kepada yang
gaib berarti iman kepada Allah Ta’ala, para malaikat, kitab-kitab,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, takdir yang baik dan yang buruk, hari bangkit
sesudah mati, surga dan neraka. Semua itu adalah gaib. (Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir Jilid I).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa perilaku
sehari-hari dapat menyebabkan bertambah atau berkurangnya iman. Oleh sebab itu,
kita patut berusaha sungguh-sungguh dan meminta pertolongan Allah SWT agar
dapat memelihara ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebaliknya, sekecil
apapun sebuah maksiat patut pula dihindari. Pengertian sederhana dari maksiat
adalah melanggar perintah Allah SWT.
Untuk dapat memelihara ketaatan dan menghindari maksiat, maka
sangat perlu memahami berbagai hal yang dilarang dan yang diperintahkan oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin kita dapat masuk kedalam golongan
orang-orang yang selalu dalam ketaatan, padahal tidak banyak mengetahui apa
yang wajib ditaati. Bagaimana mungkin kita dapat menghindar dari maksiat jika
tidak banyak mengetahui yang harus dihindari. Ilmu itu memang penting. Mumpung
masih ada waktu, tambah terus pemahaman tentang Al-Qur’an dan sunnah.
(Pekanbaru, Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar