Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang
baik-baik atau diam (tidak berbicara). ( HR. Bukhari-Muslim).
Keselamatan manusia
itu, banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mengendalikan lidahnya. (
HR. Ibnu Hibban).
Sebuah mobil mundur. Lampu isyarat mundur sudah terlihat.
Jalannya juga cukup pelan. Sebuah sepeda motor melintas dibelakang mobil
tersebut. Si pengendara sepeda motor teriak-teriak. Mobil berhenti. Tidak
terjadi kecelakaan. Ketika melewati pengemudi mobil, sambil berlalu pengendara
sepeda motor melihat kedalam mobil dan mengeluarkan kata-kata kotor. Pengemudi
mobil pun membalas ucapan itu. Selesailah sebuah peristiwa di jalan raya di
bulan Ramadhan.
Merasa kesal dengan ulah pengemudi lain, bisa saja terjadi.
Tetapi, apakah manfaatnya saling mengeluarkan kata-kata kotor. Apalagi
“kebodohan” itu di lihat dan didengar anak-anak. Pengendara sepeda motor itu
sedang menggonceng seorang anak dibawah umur.
Mempertontonkan sebuah perilaku kurang baik kepada anak-anak,
dapat menjadi pelajaran bagi si anak. Tidak mustahil, suatu ketika rasa kesal
akan dilampiaskan si anak dengan mengeluarkan kata-kata kotor pula. Hal Ini
patut dihindari sejak awal. Caranya, para orang tua berusaha membiasakan diri
berbicara dengan kata-kata yang baik atau diam.
Sebagai seorang muslim, kita perlu berperilaku sesuai
tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kasus diatas, ucapan
terima kasih si pengendara sepeda motor kepada pengemudi mobil tentu akan
dibalas dengan terima kasih atau permohonan maaf. Bukankah itu lebih indah? Pengendara
sepeda motor pantas mengucapkan terima kasih karena pengemudi mobil sudah
memberhentikan mobilnya sehingga tidak terjadi kecelakaan yang membahayakan
pengendara sepeda motor. Sebaliknya, pengemudi mobil juga pantas berterima
kasih. Sebab, dengan teriakan dari pengendara sepeda motor maka kecelakaan
tidak terjadi. Sama-sama terhindar
dari kejadian yang tidak diinginkan.
Simpanlah lidahmu
kecuali untuk berkata yang baik, dan dengan sikap seperti itu engkau dapat
mengalahkan syaitan. ( HR. Ibnu Hibban)
(Pekanbaru, Agustus 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar