Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( QS. An
Nisaa’ 4: 48)
Barangsiapa yang mati dengan menyekutukan kepada Allah akan sesuatu, ia
akan masuk neraka. ( HR. Bukhari)
Didalam tafsir Ibnu Katsir jilid I
saya membaca sebuah keterangan tentang syirik samar. Sebuah keterangan yang patut
menjadi perhatian kita. Begitu pentingnya menjaga sikap dan ucapan agar tidak
tergelincir dan melakukan perbuatan syirik.
Sehubungan dengan firman Allah Ta’ala, “Maka janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”, Ibnu
Abbas berkata, “Menjadikan tandingan sebagai sekutu adalah syirik yang lebih
samar dari pada melatanya semut hitam dikegelapan malam.” Termasuk menjadikan
sekutu bagi Allah ialah ucapan , “ Demi Allah, demi hidupmu dan demi hidupku,
hai fulan”. Dia mengatakan, “ Kalaulah tak ada anjing ini, niscaya kami
disatroni maling”, dan “ Kalaulah tak ada angsa, niscaya kami disatroni
maling”. Juga perkataan seseorang kepada temannya, “ Apa yang dikehendaki Allah
dan kamu,” Kalaulah tidak ada Allah dan sifulan...” semua itu merupakan syirik.
Dalam hadis disebutkan ,” Sesungguhnya
seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ,’ Apa yang
dikehendaki Allah dan engkau.’ Maka beliau bersabda,’ Apakah engkau menjadikan
aku sebagai tandingan Allah? (Ringkasan tafsir ibnu katsir jilid I)
Berusaha sungguh-sungguh agar terhindar dari perbuatan
syirik, sangat perlu dilakukan. Sebab, syirik itu memiliki resiko sangat besar.
Berhati-hatilah dalam mensikapi sesuatu.
(Pekanbaru, September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar