Allah, tempat bergantung segala sesuatu. ( QS. Al Ikhlas
112 : 2)
Ayat ini menegaskan, hanya Allah lah yang harus menjadi
tumpuan harapan. Hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon pertolongan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat :” Apabila kamu
memohon, mohonlah kepada-Nya, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi)
Ustadz Muhammad Abduh dalam karyanya Tafsir Al Quran Al Karim
menyatakan, kata ash-shamad mengisyaratkan
pengertian bahwa kepada Allah-lah secara langsung bermuara setiap permohonan,
tanpa harus ada perantara atau pemberi syafaat. Penegasan Allahushshamad merupakan antitesis (perlawanan) terhadap keyakinan
kaum musyrikin dan penganut agama-agama lainnya yang berkeyakinan bahwa Tuhan harus
didekati melalui perantaraan orang-orang saleh.
Sesungguhnya kaum musyrikin yang memusuhi Islam percaya
kepada eksistensi Allah SWT. Namun, mereka tidak pernah langsung berdo’a atau
beribadah kepada-Nya. Mereka membuat perantara yaitu dalam bentuk berhala atau
orang-orang saleh yang sudah meninggal. Saat mereka ditegur, “ Mengapa kalian
menyembah berhala-berhala ini? Jawabnya,“ Kami tidak pernah beribadah pada
berhala ini, kami hanya menjadikannya perantara untuk menyampaikan permohonan
kami kepada Allah”.
“...Dan orang-orang
yang mengambil pelindung selain Allah (berkata)‘ Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya...” (QS. Az-Zumar
39: 3)
Kalau kita cermati, saat ini masih ada sebagian kaum muslimin
yang keyakinan dan perilakunya seperti kaum musyrikin jahiliah. Mereka datang
kekuburan orang saleh, lalu shalat dan berdo’a, “ Ya Auliyaa Allah (para
kekasih Allah), sampaikan permohonan kami kepada Allah agar anak kami segera
mendapatkan jodoh”. Sewaktu ditegur , “ Mengapa anda minta kepada orang saleh
yang telah wafat? Mengapa tidak langsung saja meminta kepada-Nya? Jawabnya,”
Kami tidak meminta kepada para wali, tetapi hanya menjadikannya perantara agar
do’a kami segera disampaikan kepada-Nya. Mereka itu kan orang-orang saleh,
sementara kita hanya orang biasa.’
Coba anda amati, substansi jawabannya tidak berbeda dengan
jawaban kaum musyrikin seperti tertera pada QS. Az-Zumar ayat 3 diatas.
(Sumber: Tafsir Al Quran Kontemporer, Aam
Amiruddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar