Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Rabu, November 07, 2012

Pengertian Iman Kepada Taqdir

Iman kepada taqdir patut kita pahami dengan baik. Dengan pemahaman yang baik tentang iman kepada taqdir, kita dapat mensikapi berbagai kejadian yang menimpa diri dan keluarga sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan sunnah. Suatu sikap yang dapat mendatangkan ridha Allah SWT.  Suatu keyakinan yang memberi kenyamanan dalam mejalani kehidupan.
Syeikh Doktor Sholeh Bin Fauzan Bin ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Prinsip-Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah, menjelaskan bahwa iman kepada taqdir itu  yakni beriman bahwasanya Allah itu mengetahui apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi; menentukan dan menulisnya dalam lauhul mahfudz; dan bahwasanya segala sesuatu yang terjadi, baik maupun buruk, kafir, iman, ta’at, ma’shiat, itu telah dikehendaki, ditentukan dan di ciptakan-Nya; bahwasanya Allah itu mencintai keta’atan dan membenci kema’shiyatan.

Sedang hamba Allah itu mempunyai kekuasaan, kehendak dan kemampuan memilih terhadap pekerjaan-pekerjaan yang megantarkan mereka pada keta’atan atau ma’shiyat, akan tetapi semua itu mengikuti kemauan dan kehendak Allah.
Berbeda dengan pendapat golongan Jabariyah yang mengatakan bahwa manusia terpaksa dengan pekerjaan-pekerjaannya tidak memiliki pilihan dan kemampuan. Sebaliknya golongan Qodariyah mengatakan bahwasanya hamba itu memiliki kemauan yang berdiri sendiri dan bahwasanya dialah yang menciptakan pekerjaan dirinya, kemauan dan kehendak hamba itu terlepas dari kemauan dan kehendak Allah.
Allah benar-benar telah membantah kedua pendapat diatas dengan firman-Nya :
Dan kamu tidak bisa berkemauan seperti itu kecuali apabila Allah menghendakinya. (QS. At-Takwir 29)
(Pekanbaru, Oktober 2012)


Tidak ada komentar: