Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Desember 27, 2012

Hadis Palsu Tentang Perbedaan Pendapat Dan Perselisihan

Ketika membaca buku “ Sifat Shalat Nabi SAW, oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani”, saya menemukan penjelasan singkat tentang hadits palsu/tidak sah yang berhubungan dengan perselisihan atau perbedaan pendapat. Hadits tersebut adalah :
Perbedaan pendapat dikalangan sahabatku (Nabi SAW), adalah rahmat bagi kamu sekalian.
Para sahabatku laksana bintang dilangit. Siapapun diantara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu mendapat petunjuk.
Menurut Al-Albani, kedua hadits ini tidak sah. Hadits pertama sangat lemah dan Hadist kedua palsu. Saya (al-Albani) telah menjelaskan analisa terhadap Hadits ini dalam kitab Adh-Dha’ifah Hadits nomor 58, 59, 61.
Hadits palsu diatas bertentangan dengan Al-Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu. Ayat-ayat tentang hal tersebut sudah sangat populer. Al-Albani memaparkan sebagian contoh yaitu firman Allah :
Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu. (QS. Al-Anfal 8: 46)

Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolong-golongan. Setiap golongan membanggakan apa yang ada pada mereka.(QS. Rum 30: 31-32)
Mereka terus menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu.(QS. Hud 11: 118-119)
Ditegaskan oleh Al-Albani dalam tulisannya itu, jadi hanya orang-orang yang mendapat rahmat dari Tuhanlah yang tidak berselisih. Oleh karena itu, mereka yang berselisih adalah golongan yag bathil. Bagaimana akal bisa menerima bahwa perselisihan dan perbedaan merupakan suatu rahmat, (padahal Allah melarang perbuatan semacam itu)? Sudahlah jelas bahwa Hadits tersebut tidak sah, baik sanad maupun matannya.
Mencermati penjelasan Al-Albani tersebut, kita perlu berhati-hati ketika menyampaikan hadits-hadits. Sebab, jika ternyata yang kita sampaikan itu tidak benar berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka boleh jadi kita telah berdusta mengatas namakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perbuatan seperti ini ancamannya sangat berat :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Siapa yang sengaja mendustakan aku, maka bersiaplah untuk menerima azab api neraka. (HR. Bukhari-Muslim)
Kita juga perlu berhati-hati didalam melaksanakan ibadah. Menyandarkan ibadah kepada hadits palsu atau tidak sah bukan langkah bijaksana. Jadi, ilmu itu memang penting. Sarana untuk menambah ilmu sudah tersedia dalam berbagai bentuk dan kemudahan.
(Pekanbaru, Desember 2012)


Tidak ada komentar: