Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. (QS. Al-Ahzab 33: 21)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditetapkan
oleh Allah SWT untuk menjadi suri teladan bagi orang yang mengharapkan rahmat
Allah. Tentu saja, kita termasuk orang-orang yang sangat mengharapkan rahmat
Allah. Untuk itu, kita patut memahami akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan terus membaca, mendengar dan mempelajari akhlaknya. Bagaimana mungkin kita dapat meneladani
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa banyak membaca, mempelajari dan
memahami akhlaknya.
Didalam buku “Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad SAW, oleh
Kantor Bimbingan dan penyuluhan orang asing Zulfi, Dicetak dan diedarkan oleh
Departemen Agama, Wakaf, Dakwah Dan Bimbingan, Kerajaan Saudi Arabia”,
dijelaskan tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
sangat pemberani. Ali bin Abi Thalib berkata :” Jika keadaan kami sangat kritis
dan musuh sudah saling berhadapan, maka kami berlindung kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
sangat pemurah, tidak pernah ketika dimintai sesuatu dan beliau berkata :”
Tidak”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
sangat pemaaf, beliau tidak pernah membalas atau marah. Kecuali jika kehormatan
agama telah dilecehkan, maka ia akan membalasnya demi Allah. Orang yang dekat
dengannya maupun yang jauh, dan orang yang lemah maupun yang kuat mendapatkan
hak yang sama darinya. Beliau menegaskan bahwa tidak ada orang yang lebih mulia
dari orang lain kecuali dengan ketaqwaannya, dan manusia adalah sama. Umat-umat
yang lalu menjadi binasa karena berlaku diskriminatif, yaitu jika seorang tokoh
mencuri maka mereka membiarkannya, dan jika orang lemah yang melakukan maka mereka
menghukumnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :” Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak pernah
menghina makanan. Jika ia menyukainya, ia akan memakannya dan jika tidak
menyukainya, ia tidak memakannya. Pernah dalam sebulan atau dua bulan tidak ada
makanan yang dimasak dirumahnya. Makanan pokok keluarga beliau adalah kurma dan
air. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengikatkan batu di
perutnya karena rasa lapar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menjahit
sandal, menambal baju, membantu isterinya mengerjakan pekerjaan rumah, dan menjenguk orang sakit. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat tawadhu’, beliau akan memenuhi
undangan orang yang kaya maupun miskin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencintai orang-orang miskin, mengiring jenazah mereka dan menjenguk
yang sakit. Beliau tidak menghina seseorang karena kemiskinannya, atau takut
karena seseorang karena kekuasaannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga menunggang kuda, onta, keledai dan bighal.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
sering tersenyum dan paling indah raut wajahnya, meski kesedihan dan musibah
sering menimpanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai wewangian
dan tidak menyukai bau yang tidak sedap.
Sungguh Allah telah memadukan pada diri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemuliaan akhlak dan kebaikan perilaku, dan Dia
telah memberinya ilmu yang tidak diberikan kepada seseorangpun, baik yang
terdahulu maupun yang kemudian.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa membaca
dan menulis, dan tidak ada manusia yang menjadi gurunya. Ia membawa Al-Quran yang
diwahyukan dari Allah yang berfirman didalam kitab-Nya:
Katakanlah:”
Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian dari mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS. Al-Israa:
88)
Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ummi
(tidak dapat membaca) menutup jalan bagi orang-orang yang menuduh bahwa beliau
telah menulis, membaca, atau mempelajari (pengetahuan) dari berbagai sumber
umat-umat yang lain.
(Pekanbaru, Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar