Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Januari 24, 2013

Taat Kepada Allah Dan Rasul ( Cara Cerdas Ketika Berselisih)


Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan ulil amri diantara kamu. Apabila kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalilkanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya. (QS. An-Nisa’ 4: 59)
Menurut  Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, firman Allah Ta’ala “Apabila kamu berselisih mengenai sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul” maksudnya kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Ini merupakan perintah Allah Ta’ala bahwa segala perkara yang diperselisihkan oleh manusia baik berupa pokok-pokok agama maupun perkara furu’ hendaknya perselisihan itu dikembalikan kepada Kitab dan Sunnah. Allah Ta’ala berfirman, “ Perkara apa saja yang kamu perselisihkan, maka ketetapannya dikembalikan kepada Allah”. Apapun yang ditetapkan oleh Al-Kitab dan Sunnah serta keduanya membuktikan kesahihan perkara itu, maka itulah kebenaran; tiada perkara setelah kebenaran kecuali kesesatan.

Oleh karena itu Allah berfirman, “Jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir”, artinya kembalikanlah pertengkaran dan kebodohan itu kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Berhakimlah kepada kedua hal itu mengenai persoalan yang kamu perselisihkan. Ayat ini mengandung dalil bahwa barangsiapa yang tidak berhakim kepada Kitab dan Sunnah dalam perkara yang diperselisihkan dan tidak merujuk kepada keduanya, maka dia bukanlah seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Firman Allah Ta’ala :” Hal itu lebih baik”, yakni berhakim kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul serta merujuk kepada keduanya dalam memecahkan perselisihan adalah baik “dan lebih bagus akibatnya”, kesudahannya dan balasannya. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
(Pekanbaru, Desember 2012)

Tidak ada komentar: