Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Sabtu, Januari 26, 2013

Ketentuan Kiblat Shalat


Salah satu ketentuan yang perlu diperhatikan ketika shalat, adalah kiblat. Kiblat merupakan arah shalat umat Islam. Disamping wajib menghadap kiblat ketika shalat, ada juga kemudahan-kemudahan pada kondisi tertentu. Ini membuktikan, bahwa pelaksanaan ibadah didalam Islam, tidaklah menyulitkan.
Muhammad Nashirudiin Al-Albani dalam bukunya “Sifat Shalat Nabi SAW” menjelaskan tentang kiblat berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah :
Bila engkau berdiri untuk shalat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertaqbirlah. (HR. Bukhari, Muslim, Siraj)
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bepergian, beliau biasa melakukan shalat sunnah diatas hewan tunggangannya. Beliau juga melakukan witir diatas kendaraannya dan menghadap kearah hewan tersebut menghadap (ketimur atau kebarat). (HR. Bukhari, Muslim, Siraj)
Tentang ini telah turun pula firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 2: 115 :

...Kemana saja kamu menghadapkan muka, disana ada wajah Allah...
Rasulullah terkadang melakukan shalat sunnah diatas hewan tunggangannya dengan menghadapkannya lebih dahulu ke arah kiblat, lalu beliau bertakbir, kemudian shalat dengan menghadap kearah hewan tunggangannya menghadap.(HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, Adh-Dhiya’)
Beliau biasa ruku’ dan sujud diatas hewan tunggangannya dengan menggerakkan kepalanya sehingga ketika sujud kepalanya lebih merunduk dibanding dengan ketika ruku’.(HR. Ahmad, Tirmidzi)
Apabila beliau hendak melakukan shalat fardhu, beliau turun lebih dahulu dari hewan tunggangannya, lalu beliau menghadap kiblat.(HR. Bukhari, Ahmad)
Untuk shalat khauf beliau memberi contoh kepada umatnya supaya melakukan shalat dengan berjalan kaki atau berkendaraan dengan menghadap kiblat atau tanpa menghadap kiblat. (HR. Bukhari, Muslim).
Apabila perang telah berkecamuk, cukuplah kalian mengucapkan takbir dan menggerakkan kepala.(HR. Baihaqi dengan sanad Bukhari-Muslim)
Antara timur dan barat adalah kiblat. (HR.Tirmidzi, Hakim)
Jabir berkata: Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan atau dalam suatu pasukan tempur dan kami diselimuti mendung yang gelap sehingga kami bingung dan tidak mengetahui lagi arah kiblat. Setiap orang dari kami mengikuti pendapat masing-masing. Seseorang diantara kami membuat garis didepannya supaya tahu kemana arah kami ketika shalat. Ketika tiba waktu pagi kami melihat garis yang dibuat semalam. Ternyata kami shalat tidak menghadap kiblat. Kejadian ini kami sampaikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (tetapi ternyata beliau tidak menyuruh kami mengulang shalat), bahkan sabdanya;(shalat kamu sekalian sudah benar). (HR. Daraquthni, Hakim, Baihaqi)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat menghadap Baitul Maqdis (sedangkan arah ka’bah ada didepan beliau), hal ini terjadi sebelum turunnya firman Allah :
Kami telah melihat kamu menengadahkan kepala kamu kearah langit. Kami palingkan kamu kearah kiblat yang kamu inginkan. Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu ke sebagian arah Masjidil Haram. (QS. Al-Baqarah 2: 144)
Setelah ayat ini turun beliau shalat menghadap Ka’bah. Pada waktu shalat subuh kaum muslim yang tinggal di Quba kedatangan seorang utusan Rasulullah untuk menyampaikan berita, ujarnya: “Sesungguhnya semalam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapat wahyu. Beliau disuruh menghadap ka’bah. Oleh karena itu, (hendaklah) kalian menghadap kesana”. Pada saat itu mereka tengah menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Mereka lalu berputar (imam mereka memutar haluan sehingga mengimami mereka dengan menghadap kiblat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad-Siraj, Thabrani, Ibnu Sa’ad). (Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sifat Shalat Nabi SAW)
(Pekanbaru, Desember 2012)

Tidak ada komentar: