Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Februari 21, 2013

Jangan Menyekutukan Allah Dan Berbuat Baik


Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.(QS. An-Nisa 3: 36)
Allah yang Mahasuci lagi Mahatinggi menyuruh supaya beribadah kepada-Nya yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, karena Dia lah Yang menciptakan, memberi nikmat, dan memberi karunia kepada makhluk-Nya sepanjang masa dan keadaan. Dia lah yang paling berhak, dibanding makhluk, untuk diesakan dan tidak disekutukan dengan apapun diantara makhluk-makhluk Nya sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal, “ Tahukah kamu, apa yang menjadi hak Allah yang menjadi kewajiban hamba-Nya?  Muadz menjawab, ‘ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Nabi Bersabda, “Hendaklah kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,” Apakah hak hamba yang akan diberikan Allah jika mereka melakukan hal itu? Ialah Dia tidak akan mengazab mereka.

Kemudian Allah mengajarkan supaya berbuat baik kepada ibu-bapak, karena Allah telah menjadikan keduanya sebagai sarana guna mengeluarkan kamu dari tiada kepada ada. Betapa banyaknya ayat Allah yang menyertakan peribadahan kepada-Nya dengan keharusan berbuat baik kepada orang tua, Allah berfirman, “ Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tua mu”  dan firman Allah,” Dan Tuhan mu telah menetapkan bahwa kamu tidak boleh beribadah kecuali kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua”.
Kemudian Allah melanjutkan pesan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan pesan berbuat baik kepada karib kerabat, baik laki-laki maupun perempuan, sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits ,” Sedekah kepada orang miskin memiliki satu pahala, sedangkan kepada famili memiliki dua pahala; pahala sedekah dan pahala silaturrahmi”.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “ Dan anak-anak yatim”. Hal itu karena mereka kehilangan orang yang mengurus kepentingannya dan membelanjainya, lalu Allah menyuruh supaya berbuat baik kepada mereka dan menyantuninya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,”Dan kepada orang miskin”. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan; orang yang tidak mendapatkan hak yang memenuhi kifayahnya. Maka Allah menyuruh manusia agar membantu mereka dengan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya dan menghilangkan kemudaratannya. Pembicaraan ihkwal orang fakir dan miskin akan dikemukakan  dalam surat at-Taubah ayat 9. Firman Allah Ta’ala,” Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”. Ibnu Abbas berkata ,” Tetangga dekat ialah orang yang masih memiliki hubungan famili. Tetangga jauh ialah orang yang tidak memiliki hubungan famili”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Jibril senantiasa berwasiat kepadaku ikhwal tetangga hingga aku menduga bahwa dia akan menjadi ahli waris”. Hadits ini dikemukakan dalam shahihain, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud. Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda :
Sebaik-baik teman menurut pandangan Allah ialah yang paling baik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga menurut pandangan Allah ialah yang paling baik kepada tetangganya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Saya punya dua tetangga, kepada yang manakah saya memberi hadiah? Nabi bersabda,” Kepada tetangga yang dekat pintu rumahnya dengan pintu rumahmu”. (HR. Ahmad dan Bukhari)
Firman Allah Ta’ala, “ Dan teman dekat”. Diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Mas’ud bahwa keduanya berkata,” Teman dekat ialah isteri”. Firman Allah Ta’ala “Dan ibnu sabil”  ialah orang yang melintasi rumahmu dalam suatu perjalanan. Pembicaraan mengenai ibnu sabil akan dikemukakan dalam surat at-Taubah, insya Allah, kepada-Nya lah kita percaya dan bertawakal.
Firman Allah Ta’ala, “ Dan budak yang kamu miliki” merupakan wasiat ihwal hamba sahaya, sebab hamba sahaya itu lemah upayanya dan tertawan dalam kekuasaan orang lain. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit yang membawanya kepada kematian, beliau bersabda,”Peliharalah shalat, peliharalah shalat, dan budak sahaya yang kamu miliki”.
Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr,” Sesungguhnya dia berkata kepada Qahraman, apakah kamu memberikan makanan pokok kepada hamba sahayamu? Qarahman menjawab, tidak. Abdullah berkata, cukuplah seseorang berbuat dosa, jika dia tidak memberi makanan pokok kepada budaknya.
Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang tinggi hati dan membanggakan diri”. Yakni, membanggakan diri, ujub, takabur, dan sombong kepada orang lain. Dia memandang bahwa dirinya itu besar, padahal dihadapan Allah dia itu hina dina. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan ihwal seorang laki-laki dari Bani Hajim. Dia bertanya kepada Nabi,wahai Rasulullah, ajarilah aku. Maka beliau bersabda:
Janganlah kamu memanjangkan kain, sebab perbuatan itu merupakan kesombongan dan Allah tidak menyukai kesombongan”.
(Sumber: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)

Tidak ada komentar: