Beribadahlah kepada
Allah dan janganlah kamu menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.(QS. An-Nisa 3: 36)
Allah yang Mahasuci lagi Mahatinggi menyuruh supaya beribadah
kepada-Nya yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, karena Dia lah Yang menciptakan,
memberi nikmat, dan memberi karunia kepada makhluk-Nya sepanjang masa dan
keadaan. Dia lah yang paling berhak, dibanding makhluk, untuk diesakan dan
tidak disekutukan dengan apapun diantara makhluk-makhluk Nya sebagaimana Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal, “ Tahukah kamu, apa yang menjadi hak Allah
yang menjadi kewajiban hamba-Nya? Muadz menjawab, ‘ Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui’. Nabi Bersabda, “Hendaklah
kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun”. Kemudian Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,” Apakah
hak hamba yang akan diberikan Allah jika mereka melakukan hal itu? Ialah Dia
tidak akan mengazab mereka.
Kemudian Allah mengajarkan supaya berbuat baik kepada
ibu-bapak, karena Allah telah menjadikan keduanya sebagai sarana guna
mengeluarkan kamu dari tiada kepada ada. Betapa banyaknya ayat Allah yang
menyertakan peribadahan kepada-Nya dengan keharusan berbuat baik kepada orang
tua, Allah berfirman, “ Hendaklah kamu
bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tua mu” dan firman Allah,” Dan Tuhan mu telah menetapkan bahwa kamu tidak boleh beribadah kecuali
kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua”.
Kemudian Allah melanjutkan pesan berbuat baik kepada kedua
orang tua dengan pesan berbuat baik kepada karib kerabat, baik laki-laki maupun
perempuan, sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits ,” Sedekah kepada orang miskin memiliki satu pahala, sedangkan kepada
famili memiliki dua pahala; pahala sedekah dan pahala silaturrahmi”.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “ Dan anak-anak yatim”. Hal itu karena mereka kehilangan orang yang
mengurus kepentingannya dan membelanjainya, lalu Allah menyuruh supaya berbuat
baik kepada mereka dan menyantuninya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,”Dan kepada orang miskin”. Mereka adalah
orang-orang yang membutuhkan; orang yang tidak mendapatkan hak yang memenuhi
kifayahnya. Maka Allah menyuruh manusia agar membantu mereka dengan sesuatu
yang dapat memenuhi kebutuhannya dan menghilangkan kemudaratannya. Pembicaraan
ihkwal orang fakir dan miskin akan dikemukakan
dalam surat at-Taubah ayat 9. Firman Allah Ta’ala,” Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”. Ibnu Abbas berkata ,”
Tetangga dekat ialah orang yang masih memiliki hubungan famili. Tetangga jauh
ialah orang yang tidak memiliki hubungan famili”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Jibril senantiasa berwasiat kepadaku ikhwal tetangga hingga aku menduga
bahwa dia akan menjadi ahli waris”. Hadits ini dikemukakan dalam shahihain,
juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud. Ahmad meriwayatkan dari Abdullah
bin Amr bin Ash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda
:
Sebaik-baik teman
menurut pandangan Allah ialah yang paling baik terhadap temannya dan
sebaik-baik tetangga menurut pandangan Allah ialah yang paling baik kepada
tetangganya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah bahwa dia bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Saya punya dua
tetangga, kepada yang manakah saya memberi hadiah? Nabi bersabda,” Kepada
tetangga yang dekat pintu rumahnya dengan pintu rumahmu”. (HR. Ahmad dan
Bukhari)
Firman Allah Ta’ala, “ Dan
teman dekat”. Diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Mas’ud bahwa keduanya
berkata,” Teman dekat ialah isteri”. Firman Allah Ta’ala “Dan ibnu sabil” ialah orang
yang melintasi rumahmu dalam suatu perjalanan. Pembicaraan mengenai ibnu sabil
akan dikemukakan dalam surat at-Taubah, insya Allah, kepada-Nya lah kita
percaya dan bertawakal.
Firman Allah Ta’ala, “ Dan
budak yang kamu miliki” merupakan wasiat ihwal hamba sahaya, sebab hamba
sahaya itu lemah upayanya dan tertawan dalam kekuasaan orang lain. Ketika Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit yang membawanya kepada kematian, beliau
bersabda,”Peliharalah shalat, peliharalah
shalat, dan budak sahaya yang kamu miliki”.
Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr,” Sesungguhnya dia
berkata kepada Qahraman, apakah kamu
memberikan makanan pokok kepada hamba sahayamu? Qarahman menjawab, tidak.
Abdullah berkata, cukuplah seseorang berbuat dosa, jika dia tidak memberi
makanan pokok kepada budaknya.
Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang tinggi hati dan membanggakan diri”. Yakni,
membanggakan diri, ujub, takabur, dan sombong kepada orang lain. Dia memandang
bahwa dirinya itu besar, padahal dihadapan Allah dia itu hina dina. Ibnu Abi
Hatim meriwayatkan ihwal seorang laki-laki dari Bani Hajim. Dia bertanya kepada
Nabi,wahai Rasulullah, ajarilah aku. Maka beliau bersabda:
Janganlah kamu
memanjangkan kain, sebab perbuatan itu merupakan kesombongan dan Allah tidak
menyukai kesombongan”.
(Sumber: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1,
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar