Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang yang khusu’. (Yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.( QS. Al Baqarah 2: 45-46).
Didalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Allah Ta’ala menyuruh hamba-Nya, terhadap apa yang mereka dambakan dari kebaikan dunia, untuk menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Ibnu Abi Hatim berkata dengan sanad yang berangkai hingga Umar ibnul-Khaththab r.a, “ Sabar itu ada dua; Sabar ketika mendapat musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah”. Ibnul-Mubarak berkata dengan sanadnya dari Said bin Jubeir, dia berkata,” Sabar ialah pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha Allah semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan gigih dengan menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali kesabaran”.
Adapun firman Allah “dan
shalat”, dikarenakan shalat merupakan penolong utama bagi keteguhan suatu
perkara. Dari Hudzaifah Ibnul-Yaman dikatakan, “Apabila Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ditimpa oleh suatu perkara yang hebat, maka ia menjadikan
shalat sebagai penolong”. Dari Ali r.a
dia berkata, “ Menurut penglihatan kami pada malam Perang Badar orang-orang
pada tidur kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia shalat dan
berdo’a hingga subuh”. Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai
kepada Uyainah bin Abdurrahman, dari
ayahnya bahwa Ibnu Abbas memberitahukan kepadanya ikhwal yang bernama Qatsam, ketika Uyainah dalam
perjalanan. Kemudian dia membaca innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji’un. Uyainah menepi dari jalan lalu berdiam. Kemudian dia shalat dua rakaat dan melamakan
duduknya, kemudian bangkit menuju kendaraannya sambil berkata, “ Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sangat
berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu”. Ibnu Jarir berkata, “Makna ayat ini”,
Hai para pendeta dari kalangan ahli kitab, jadikanlah penahanan dirimu dalam
ketaatan kepada Allah dan pendirian shalat yang mencegah dari perbuatan keji,
mungkar, dan mendekatkan kepada keridhaan sebagai penolongmu. Sesungguhnya
melaksanakan hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu, yakni
yang tawadhu’ dan konsisten menaati-Nya karena takut kepada-Nya”.
Yang jelas, meskipun ayat itu merupakan perintah dalam
redaksi yang memperingatkan Bani Israel, namun yang dimaksud bukan mereka
semata-mata. Ayat itu mencakup mereka dan orang-orang selain mereka. Wallahu
a’lam.
Firman Allah Ta’ala ,” Yaitu
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya”. Ayat ini menyempurnakan penjelasan ayat sebelumnya.
Maksudnya, sesungguhnya shalat itu benar-benar berat kecuali bagi orang-orang
yang khusyu, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Tuhannya. Yakni, mereka mengetahui bahwa dirinya akan dikumpulkan kepada-Nya
pada hari kiamat; ditampilkan dan dikembalikan kepada-Nya. Segala persoalan
mereka dikembalikan kepada kehendak Allah. Dia menghukumi persoalan itu menurut
kehendaknya berdasarkan keadilan-Nya. Oleh karena itu, tatkala mereka meyakini
adanya hari kembali dan pembalasan, maka mudahlah bagi mereka untuk
melaksanakan berbagai ketaatan dan meninggalkan berbagai kemungkaran. Adapun
firman Allah ,” mereka meyakini bahwa
mereka akan menemui Tuhan mereka”, menurut Ibnu Jarir dari Mujahit bahwa
setiap zhan ‘dugaan’ dalam al-Qur’an berarti yakin. Dalam riwayat lain
dikatakan bahwa zhan itu berarti mengetahui. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
(Pekanbaru, Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar