Sesungguhnya, Tuhanmu
melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Al
Israa’ 17: 30)
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang ingin dihindari oleh
banyak orang. Sedangkan kekayaan, merupakan dambaan banyak orang. Kenyataannya,
tetap saja ada orang-orang miskin dan orang-orang kaya. Berusaha
sungguh-sungguh untuk keluar dari kemiskinan, memang perlu diusahakan. Namun,
pada kondisi apapun kita, sikapilah itu dengan keyakinan bahwa sudah menjadi
ketentuan Allah SWT. Kondisi itulah yang terbaik buat kita menurut Allah SWT.
Didalam Rangkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Tuhan mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya”, merupakan pemberitahuan, bahwa Allah Ta’ala
adalah Yang Maha Memberi rezeki, Yang Menahan, Yang Melapangkan, Yang
Mengelolanya sesuai dengan kehendak-Nya, dan yang memiskinkan orang yang
dikehendaki-Nya sesuai dengan hikmah-Nya. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla
berfirman, “ Sesungguhnya, Dia Maha
Mengetahui Lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya,” kepada siapa yang
berhak memperoleh kekayaan dan kemiskinan. Hal ini seperti dikemukakan dalam
hadits :
Diantara hamba-hamba-Ku
terdapat orang yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kemiskinan. Jika aku
memberinya kekayaan niscaya rusak agamanya. Dan diantara hamba-hamba-Ku
terdapat orang yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekayaan. Jika Aku
memberinya kemiskinan, niscaya rusaklah agamanya.
Bagi sebagian manusia, kekayaan terkadang merupakan istidraj dan kemiskinan sebagai siksaan.
Kita berlindung kepada Allah dari kekayaan sebagai istidraj dan kemiskinan
sebagai siksaan. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
(Pekanbaru, Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar