Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Maret 17, 2013

Mensikapi Kemiskinan Dan Kekayaan Sebagai Bukti Kasih Sayang Allah


Sesungguhnya, Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Al Israa’ 17: 30)
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang ingin dihindari oleh banyak orang. Sedangkan kekayaan, merupakan dambaan banyak orang. Kenyataannya, tetap saja ada orang-orang miskin dan orang-orang kaya. Berusaha sungguh-sungguh untuk keluar dari kemiskinan, memang perlu diusahakan. Namun, pada kondisi apapun kita, sikapilah itu dengan keyakinan bahwa sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Kondisi itulah yang terbaik buat kita menurut Allah SWT.

Didalam Rangkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan,  firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Tuhan mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya”, merupakan pemberitahuan, bahwa Allah Ta’ala adalah Yang Maha Memberi rezeki, Yang Menahan, Yang Melapangkan, Yang Mengelolanya sesuai dengan kehendak-Nya, dan yang memiskinkan orang yang dikehendaki-Nya sesuai dengan hikmah-Nya. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman, “ Sesungguhnya, Dia Maha Mengetahui Lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya,” kepada siapa yang berhak memperoleh kekayaan dan kemiskinan. Hal ini seperti dikemukakan dalam hadits :
Diantara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kemiskinan. Jika aku memberinya kekayaan niscaya rusak agamanya. Dan diantara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekayaan. Jika Aku memberinya kemiskinan, niscaya rusaklah agamanya.
Bagi sebagian manusia, kekayaan terkadang merupakan istidraj dan kemiskinan sebagai siksaan. Kita berlindung kepada Allah dari kekayaan sebagai istidraj  dan kemiskinan sebagai siksaan. (Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
(Pekanbaru, Maret 2013)

Tidak ada komentar: