Katakanlah, “Aku tidak
memiliki kekuatan untuk menarik keuntungan dan kerugian bagi diriku, kecuali
apa yang dikehendaki Allah. Jika aku mengetahui kegaiban, niscaya aku akan
memperbanyak kebaikan dan akupun tidak ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira bagi kaum yang beriman.
(QS. Al-A’raaf 7:188)
Allah menyuruh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk menyerahkan segala persoalan kepada-Nya; memberitahukan ikhwal dirinya
bahwa dia tidak mengetahui kegaiban dan tidak ada satu kegaiban yang
diperlihatkan kepadanya, kecuali apa yang telah diperlihatkan oleh Allah
kepadanya. Allah Ta’ala berfirman :” (Dia
adalah Tuhan ) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang gaib itu”.(al-Jinn:26)
Firman Allah Ta’ala, “Jika
kau mengetahui kegaiban, niscaya aku akan memperbanyak kebaikan,” yaitu
jika aku mengetahui kegaiban, niscaya aku mengetahui bahwa apabila aku membeli
barang yang tidak membawa keuntungan, maka aku tidak akan membelinya dan aku
hanya akan membeli barang dagangan yang dapat memberikan keuntungan saja
sehingga aku pun tidak ditimpa kemiskinan. Demikianlah, menurut penafsiran Ibnu
Abbas. Sementara itu, Ibnu Jarir dan yang lainnya menafsirkan bahwa jika aku
mengetahui kegaiban niscaya aku dapat mempersiapkan diri pada masa subur untuk
menghadapi paceklik dan dapat menentukan masa harga tinggi dan rendah.
Firman Allah Ta’ala,” Dan
akupun tidak ditimpa kemudaratan”, yaitu aku dapat menjauhkan diri dari
keburukan sebelum ia terjadi. Kemudian, Dia memberitahukan bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pemberi peringatan dan kabar gembira,
yaitu peringatan akan azab dan kabar gembira bahwa kuam mukminin akan
memperoleh surga. Ayat ini sejalan dengan firman Allah, “ Maka , sesungguhnya, telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang
yang bertaqwa dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang
membangkang.(Maryam:97)
(Sumber: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir II, Muhammad
Nasib Ar-Rifa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar