Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Kamis, Mei 02, 2013

Tata Cara Bersedekah

Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebut pemberian mereka dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah 2: 262)
Perkataan yang baik dan pemberian maaf, adalah lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima), Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. ( QS. Al-Baqarah 2: 263)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah 2: 264)
Perkataan yang baik, maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian maaf ialah memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari sipeminta. ( Al Qur’an dan terjemahnya).

Ayat-ayat diatas memberikan panduan kepada kita tentang hal-hal yang harus dijaga ketika berinfak agar infak tersebut  tidak sia-sia. Menafkahkan harta dijalan di jalan Allah merupakan perbuatan terpuji. Kita tentu tidak menginginkan perbuatan terpuji itu, berkurang ataupun hilang nilainya disisi Allah SWT. Oleh sebab itu, hal-hal yang akan merusak nilai-nilai ibadah tersebut perlu diperhatikan sungguh-sungguh dan kemudian dihindari.
Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi memuji orang-orang yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah, lalu mereka tidak mengiringi kebaikan dan sedekah yang telah mereka infakkan itu dengan tidak menyebut-nyebut pemberian mereka, tidak mengatakannya kepada siapapun, dan tidak mengungkit-ungkit baik dengan perkataan maupun perbuatan. Firman Allah “tidak menyakiti”  yakni mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai terhadap orang yang menerima kebaikan mereka; hal yang dapat menghapus kebaikan yang telah lalu.
Kemudian, Allah menjanjikan kepada mereka balasan yang banyak atas perbuatan mereka itu. Allah berfirman, “ Bagi mereka pahala pada sisi Tuhan mereka”. Yakni, pahala mereka itu dijamin oleh Allah, bukan oleh selain dia. “Tiada kekhawatiran atas mereka “ dalam menghadapi berbagai bencana yang akan mereka hadapi pada hari kiamat.”Dan tidak pula mereka bersedih hati” atas kehidupan dunia dan kemilaunya yang mereka tinggalkan dibelakang.
Kemudian Allah berfirman, “ Perkataan yang baik “ seperti kalimat thayyibah dan doa kepada kaum muslimin, “ dan ampunan” serta permintaan maaf dari kezaliman, “adalah lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti si penerima. Allah Mahakaya” dari bantuan makhluk-Nya, “ lagi Maha Penyantun”, yakni Dia menyantuni, mengampuni, dan memaafkan. Ada banyak hadits yang melarang menyebut-nyebut sedekah. Dalam shahih Muslim dikatakan dari Abu Dzar, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleg Allah pada hari kiamat, tidak akan diperhatikan, dan tidak akan disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih: Orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang memanjangkan kainnya (karena sombong), dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Muslim)
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”  Allah Ta’ala memperingatkan bahwa sedekah batal karena diikuti dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan yang menerima. Jadi, pahala sedekah tidak akan terpenuhi karena kesalahan menyebut-nyebut dan menyakiti.
Kemudian Allah berfirman, “ Seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia” . Yakni, janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti, seperti batalnya sedekah orang yang riya. Yang tampak oleh manusia bahwa dia bersedekah karena Allah, padahal dia bermaksud meraih pujian orang melalui sedekahnya, serta tujuan-tujuan duniawi lainnya, dengan memutuskan perhatiannya dari interaksi dengan Allah dan dari tujuan meraih keridhaan-Nya. Oleh karena itu, Allah berfirman, “ Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian”.
Kemudian Allah memberikan perumpamaan akan infak orang yang riya. “Perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah,kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih,” yakni halus dan kering serta tidak tersisa tanah sedikitpun di atasnya. Demikian pula halnya dengan amal-amal orang riya, semuanya lenyap dan sirna pada sisi Allah, walaupun tampak bagi dirinya sebagai amal, seperti orang yang melihat keberadaan tanah diatas batu. Oleh karena itu, Allah berfirman, “ Mereka tidak menguasai  sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.
(Pekanbaru, April 2013)


Tidak ada komentar: