Orang yang jujur niscaya disenangi oleh orang lain.
Sebaliknya, orang yang berperilaku dusta hanya menuai kebencian dan permusuhan
ditengah masyarakat. Norma kehidupan ini berlaku dalam mencintai Allah dan
Nabi-Nya. Seorang muslim yang menyatakan cinta kepada Allah dan mampu
membuktikan cintanya dalam kesehariannya, ia akan meraih kebahagiaan hidup dan
ampunan dari Allah. Allah sendiri telah menetapkan hal itu.
Tanda cinta seorang hamba kepada-Nya adalah ketika ia
mencintai dan mengikuti ajaran Nabi-Nya. Sebaliknya, ketika ia tidak jujur dalam menyatakan cintanya kepada Allah, maka
alih-alih menuai ganjaran pahala, tetapi perbuatannya justru hanya mengundang
murka dan azab Allah.
Senada dengan hal ini, Imam Ibnu Katsir menegaskan “ayat
cinta” (QS. Ali Imran 3: 31) ini menjadi hakim pengadil bagi siapa saja yang
mengklaim cinta kepada Allah. Meski ia mengerjakan sekian banyak amalan
perbuatan, namun jika hal itu tidak berdasar cinta dan sunnah Nabi yang ia
ajarkan, maka semua perbuatan orang itu niscaya tertolak dengan sendirinya.
Dalam hal ini Nabi mengingatkan:
Barangsiapa yang
mengerjakan suatu perbuatan yang tak ada tuntunan kami didalamnya, maka hal itu
akan tertolak. (HR. Bukhari-Muslim)
(Sumber: Suara Hidayatullah, Nopember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar