Taubat adalah jalan terbaik guna mendapatkan ampunan dari
Allah SWT. Ampunan dari Allah SWT sangat-sangat kita butuhkan. Sebab, sadar
ataupun tidak, kita selalu berbuat dosa.
Adakalanya, muncul kekhawatiran bahwa taubat kita tidak
diterima oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, sepatutnyalah kita mengetahui dan
memahami tata cara taubat yang benar.
Penjelasan Ustadz Hamim Thohari dalam konsultasi keluarga
Suara Hidayatullah edisi Januari 2012 dapat dijadikan panduan. Ada dua jenis
maksiat, yaitu as-sayyiat (maksiat kecil) dan al-mubiqat (maksiat besar). Untuk
menghapus dosa kecil (as-sayyiat) bisa ditempuh dua cara, yaitu menjauhi
dosa-dosa besar dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Allah SWT berfirman:
Jika kamu menjauhi
dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya
Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa yang kecil) dan Kami masukkan kamu
ketempat yang mulia (surga). (An-Nisaa 4:31)
Sejurus dengan ayat diatas, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Dan iringilah kejelekan (dosa kecil) dengan melakukan perbuatan baik (hasanah), niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.(Riwayat Tirmidzi)
Dan iringilah kejelekan (dosa kecil) dengan melakukan perbuatan baik (hasanah), niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.(Riwayat Tirmidzi)
Dalam hadits-hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menegaskan tentang amalan-amalan baik yang bisa menghapus dosa-dosa
kecil itu antara lain : menyempurnakan wudu, pergi ke masjid, shalat lima waktu,
melaksanakan shalat Jum’at hingga Jum’at berikutnya, menjalankan puasa Ramadhan
hingga Ramadhan berikutnya, shalat malam, dsb.
Adapun untuk menghapus dosa besar (al-kabair) atau
al-mibuqat, ajaran Islam menegaskan satu cara, yaitu taubatan-nasuha (taubat
yang setulus-tulusnya). Allah berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkanmu kedalam jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama
dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan,” Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (At-Tahrim 66:
8)
Ada 4 syarat taubat nasuha. Pertama, melepaskan diri dari
dosa tersebut. Kedua, menyesali perbuatannya. Ketiga, beristghfar, meminta
ampun kepada Allah SWT. Keempat, bertekad tidak mengulanginya.
Jika dosa itu berkaitan dengan pelanggaran terhadap orang
lain, maka wajib atasnya untuk meminta agar dihalalkan (dimaafkan) jika
memungkinkan. Sebab, setiap kezaliman akan dituntut dihari kiamat. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa yang pernah
berbuat zalim terhadap saudaranya, maka hendaklah ia segera meminta halal
(maaf) nya sekarang juga sebelum (datangnya hari yang) tiada lagi berguna dinar
dan dirham; jika ia mempunyai kebaikan, maka diambillah kebaikan-kebaikan itu
(dan diberikan kepada saudaranya yang pernah dizaliminya), dan jika belum cukup
maka dosa-dosa saudaranya itu akan diambil dan dibebankan kepadanya. (riwayat
Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar