Dan apabila datang
suara yang memekakkan (kiamat), pada hari ketika manusia lari dari
saudara-saudaranya, lari dari ibu dan bapaknya, lari dari isteri dan
anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
sangat menyibukkannya (memikirkan dirinya sendiri). (QS. Abasa 80: 33-37)
Hari kiamat itu pasti datangnya, walaupun kita tidak
mengetahui bila itu akan terjadi. Kiamat merupakan peristiwa amat sangat
dahsyat. Salah satu gambaran hari kiamat itu tertuang dalam firman Allah:
Pada hari itu, manusia
seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang
dihambur-hamburkan. (QS. Al-Qaari’ah 101: 4-5)
Peringatan Allah SWT diatas, sudah sepatutnya menjadi
pemikiran kita sungguh-sungguh. Salah satu yang perlu kita pikirkan adalah
tentang ibadah. Masih tetapkah kita mempertahankan ritual-ritual keagamaan
berdasarkan kata orang? Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka, kita sudah
seharusnya membuat ketegasan didalam menjalankan ibadah. Selama pengajaran yang
diberikan itu sesuai dan memiliki dasar yang jelas dari Al-Qur’an dan/atau
hadits, maka ibadah tersebut layak untuk diamalkan. Namun, jika bertentangan
atau tidak diajarkan oleh Al-Qur’an dan/atau sunnah Nabi Muhammmad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, kita tinggalkan. Perhatikanlah penyataan Imam Syafi’i: “Seluruh kaum muslim telah sepakat bahwa
orang yang secara jelas telah mengetahui suatu Hadits dari Rasulullah tidak
halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang. ( Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sifat
Shalat Nabi SAW)
Perhatikan juga pendapat imam-imam lainnya di dalam buku
tersebut:
Kalau saya mengemukakan
suatu pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu. (Imam Abu Hanifah)
Barangsiapa yang
menolak Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berada di jurang
kehancuran.(Imam
Ahmad bin Hambal)
Saya hanyalah seorang
manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah
pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, ambillah; dan bila tidak
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah. (Imam Malik bin Anas)
Satu hal yang dapat kita petik dari ayat Al-Qur’an di atas,
bahwa nanti kita tidak dapat berharap dan menyandarkan diri kepada orang lain. Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang sangat menyibukkannya (memikirkan dirinya sendiri). Sangat
jelas, bahwa nanti kita sendirilah yang harus mempertanggung-jawabkan setiap
perbuatan, termasuk amal ibadah. Oleh sebab itu, sepatutnya kita menghindarkan
diri dari melaksanakan ibadah hanya berdasarkan kata orang. Wallahu a’lam...
Pekanbaru, Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar