Didalam menjalani kehidupan didunia ini, manusia memiliki
kesempatan untuk memilih antara kebaikan dan keburukan. Tentu saja, kedua
pilihan itu memiliki konsekwensi. Manusia cerdas tidak akan memilih jalan
keburukan. Namun, kenyataannya masih banyak keburukan perilaku manusia yang
dapat kita saksikan. Boleh jadi, kita juga masih melakukan perbuatan buruk,
baik disengaja ataupun tidak.
Motivasi terbaik untuk terus berusaha memilih jalan kebaikan dan
menghindari jalan keburukan adalah dengan memahami ayat-ayat Al-qur’an dan
sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan Kami telah
menunjukkan kepadanya dua jalan.( QS. Al-Balad 10)
Tafsir Al Qur’an Kontemporer oleh Aam Amiruddin menjelaskan,
para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud Najdain (dua jalan ) pada ayat ini adalah jalan kebaikan dan jalan
keburukan. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan dua potensi yang saling
berseberangan, yaitu hayawaniyyah dan
basyariyyah. Potensi hayawaniyyah adalah sifat-sifat yang ada
pada binatang sehingga hayawaniyyah
suka diartikan dengan sifat kebinatangan seperti rakus, dendam, zalim,
menghalalkan segala cara, dll. Sementara potensi basyariyyah adalah sifat-sifat kemanusiaan yang baik seperti jiwa
pemaaf, mau menolong, jujur, mengikuti aturan dll.
Sifat basyariyyah
dan hayawaniyyah selalu bersaing.
Kalau yang memenangkan persaingan itu basyariyyah,
yang akan muncul adalah perbuatan-perbuatan mulia. Namun, kalau yang
memenangkannya hayawaniyyah, yang
akan muncul adalah perbuatan-perbuatan nista.
Inilah alasan kenapa manusia
saleh dinilai akan lebih mulia daripada malaikat karena untuk bisa
saleh, manusia harus berjuang menundukkan sifat hayawaniyyah (kebinatangan) nya. Sementara malaikat potensi hanya
satu, yaitu laa ya’shuunallah (tidak
pernah maksiat). Jadi malaikat tidak perlu berjuang untuk menundukkan
sifat-sifat buruk karena malaikat diciptakan hanya dengan satu potensi, yaitu
mengabdi dan taat pada Allah SWT.
Karena itu, pada ayat ini Allah SWT mengingatkan nikmat-Nya
kepada manusia bahwa manusia diberi kebebasan
untuk memilih dan menentukan salah satu diantara dua jalan. Hal ini
senada dengan firman-Nya pada ayat lain, “Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams 91: 8-10).
Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk menempuh
jalan lurus, yaitu jalan yang pernah ditempuh para nabi dan orang-orang saleh.
Pekanbaru, September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar