Tekad iblis untuk menggoda manusia sangatlah besar. Adakah
yang merasa mampu menghadapi godaan tersebut? Adakah yang merasa telah selamat
dari ajakan iblis agar keluar dari jalan Allah Ta’ala? Jika ada yang merasa
seperti itu, segeralah buang jauh-jauh. Sebab, iblis akan senantiasa berusaha
menyesatkan manusia. Nabi Adam yang berada si surga saja, dapat diperdaya oleh
iblis. Bagaimana dengan kita?. Godaan iblis itu berbagai bentuk dan bervariasi.
Hanya dengan pertolongan dan perlindungan Allah kita dapat menyelamatkan diri
dari godaan iblis tersebut.
Iblis menjawab.” Karena
Engkau telah menghukum aku tersesat, sungguh aku akan menghalang-halangi mereka
dari jalan Engkau yang lurus. Kamudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (QS. Al-A’raaf 7: 16-17)
Didalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah Ta’ala
memberitahukan bahwa tatkala Dia memberikan tangguh kepada iblis dan memberikan
kepercayaan ikhwal penangguhan itu, maka iblis mulai memperlihatkan keingkaran
dan kedurhakaannya. Iblis berkata, “Karena
Engkau telah menghukum aku tersesat, sungguh aku akan menghalang-halangi mereka
dari jalan Engkau yang lurus”, yaitu aku bersumpah, karena Engkau telah
menetapkan aku sesat, sungguh akan menyesatkan mereka dari jalan-Mu yang lurus.
Ada pula yang menafsirkan demikian bahwa sebagaimana Engkau menyatakan kami
sesat, maka aku pun akan menghalang-halangi hamba-Mu dari keturunan orang ini
yang karenanya Engkau telah mengenyahkan ku. Yang dimaksud jalan yang lurus
ialah setiap jalan kebaikan yang mengantarkan kepada keridaan Allah seperti
Islam, hijrah, jihat, dan seluruh ketaatan lainnya yang diridai Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala. “Kemudian
saya akan mendatangi mereka dari muka dari belakang mereka”, yaitu setan
mendatangi mereka dari segala arah guna menggelincirkan manusia dari berbagai
jalan ketaatan dan setan pun
memvariasikan kesesatan dalam berbagai bentuk dan warna bagi manusia sehingga
dia dapat menjerumuskan mereka kedalam berbagai kemaksiatan. (Catatan kaki: Setan menciptakan untuk mereka bid’ah yang lahiriahnya berupa
ketaatan sedang batiniahnya kemaksiatan. Lalu, mendurhakai Tuhannya dan tidak
memohon ampun sebab perbuatan itu merupakan ketaatan dalam pandangan mereka,
sebagaimana perbuatan itu pun dijadikan indah oleh setan. Mereka mati dalam
kondisi demikian. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang
terkutuk)
Ada pula yang menafsirkan, “ Dari depan dan dari kanan”
sehingga mereka dapat melihat, “dan dari belakang dan sebelah kiri” sehingga
mereka tidak dapat melihat. Ibnu Jarir memilih demikian; yang dimaksud ialah
seluruh jalan kebaikan dan keburukan. Jalan Kebaikan dihalang-halangi oleh
setan sedangkan jalan keburukan dijadikan indah dalam pandangan manusia oleh
setan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas; dalam ayat itu tidak dikatakan ‘dari atas
manusia’ karena rahmat turun dari atas mereka.
Firman Allah Ta’ala; “
Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur”, yang mengesakan.
Ucapan iblis ini merupakan dugaan dan sangkaan mereka, dan dalam kenyataannya
hal ini memang benar. Allah Ta’ala berfirman:
Dan sesungguhnya, iblis
telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka
mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah
kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan
siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu
tentang itu. Dan Tuhan mu Maha Memelihara segala sesuatu. (QS. Saba’:20-21).
Oleh karena itu, dalam hadits ada permintaan perlindungan
dari kedatangan setan kepada dirinya dari berbagai penjuru. Al-Hafizh Ibnu
Mardawih meriwayatkan secara marfu’ dari Ibnu Abbas:
“Ya Allah, aku memohon
kepadamu ampunan dan kebaikan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan
kekayaanku. Ya Allah, tutupilah hal yang memalukan dari diriku, selamatkanlah
aku dari rasa takut, jagalah aku dari depan, belakang, kanan dan dari atasku.
Dan aku berlindung kepada-Mu ya Allah dari kebinasaan dari bawahku.” Menurut Waki’i maksudnya gempa bumi. (Ringkasan tafsir Ibnu
Katsir, Muhammad Nasib Ar-Rifa’i)
Bandung, Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar