Al-Qur'an

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa' 36)

Minggu, Desember 01, 2013

Reaksi Orang Quraisy Terhadap Islam (Sejarah Islam)

Sekarang ini, banyak kemudahan diperoleh dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat Islam. Tidak sulit menemukan masjid atau mushalla. Al-Qur’an dan buku-buku agama juga banyak tersedia. Semua kemudahan ini, sepatutnya disyukuri dan dijadikan sarana untuk terus beramal saleh dan menambah ilmu.
Tidak demikian keadaan pengikut agama Islam pada awalnya dulu. Kondisi mereka sangat berbeda. Para pengikut agama Islam pada masa itu mengalami banyak tantangan. Bahkan, sebagian dari mereka mengalami siksaan diluar batas perikemanusiaan.
Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud menceritakan, bahwa ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan Islam serta mendengar bahwa mereka dengan nenek moyang mereka di bodoh-bodohkan dan berhala-berhala mereka dihina-hina, bangkitlah kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan pengikut-pengikutnya.
Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa diluar peri-kemanusiaan, terutama sekali pengikut dari golongan rendah. Terhadap Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan gangguan badan, karena beliau masih dilindungi paman beliau Abu Thalib dan disamping itu beliau adalah keturunan Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani.
Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka-pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminta agar dia menghentikan segala kegiatan Nabi Muhammad  Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyiarkan Islam, dan jangan mengecam agama mereka, serta nenek moyang mereka. Tuntutan mereka ini ditolak dengan baik oleh Abu Thalib. Setelah mereka melihat perutusan itu tidak memberi hasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mereka tidak dapat membiarkan tingkah laku Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam  itu dan mereka mengajukan pilihan kepadanya: menghentikan ucapan-ucapan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mereka sendiri yang melakukannya. Setelah Abu Thalib mendengar ketegasan perutusan itu timbullah rasa kekuatiran akan terjadinya perpecahan dan permusuhan kaumnya, namun tak sampai hati juga ia melarang keponakannya itu. Akhirnya dipanggilnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata :” Wahai anakku! Sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin-pemimpin kaummu. Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencegah kamu melakukan penyiaran Islam dan tidak mencela agama serta nenek moyang mereka, maka jagalah diriku dan dirimu, janganlah aku dibebani dengan sesuatu perkara diluar kesanggupanku”.
Mendengar ucapan itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengira pamannya tidak bersedia lagi melindunginya. Beliau berkata dengan tegas:
Demi Allah wahai paman! Sekiranya mereka letakkan matahari disebelah kananku, dan bulan disebelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia tersiar (dimuka bumi ini) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.
Sesudah mengatakan kata-kata itu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling seraya menangis. Ketika berpaling hendak pergi itu Abu Thalib memanggil:” Menghadaplah kemari hai anakku!”. Nabi pun kembali menghadap. Berkatalah pamannya:” Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena suatu alasanpun selama-lamanya”.
Demikianlah tekad dan pembelaan Abu Thalib terhadap Nabi seterusnya, walaupun pemuka-pemuka Quraisy berkali-kali membujuknya. Dalam pada itu, beliau menginsyafi pula kekompakan orang-orang Quraisy menghadapi beliau. Oleh karena itu beliau mengingatkan Bani hasyim dan Bani Muththalib agar tetap memelihara semangat setia-keluarga, bahwa bilamana salah seorang dari mereka teraniaya, maka seluruh keluarga harus bangkit serentak membelanya. Peringatan Abu Thalib ini disambut mereka dengan sungguh-sungguh, baik yang sudah Islam maupun yang masih kafir.( Al Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud)

Tidak ada komentar: